Daerah SEMINAR MANAJEMEN PENDIDIKAN

Praktisi Pendidikan: Bahtsul Masa’il Masih Reaktif

NU Online  Ā·  Selasa, 28 Agustus 2007 | 08:17 WIB

Pati, NU Online
Pesantren sebagai sistem pendidikan memiliki potensi dan tradisi intelektual yang mestinya bisa dikembangkan, yaitu bahtsul masail, sanad dan perpustakaan. Sayangnya, saat ini bahtsul masail yang merupakan bentuk kepedulian dan tanggung jawab santri terhadap persoalan umat cenderung reaktif. Padahal bahtsul masail seharusnya lebih solutif dan dikembangkan pada persoalan-persoalan sosial keagamaan yang lebih luas.

Pernyataan tersebut diungkapan seorang praktisi pendidikan, Abdul Ghaffar Rozin, M.Ed., pada sebuah seminar yang digelar di Auditorium Pesantren Maslakul Huda, Kajen, Pati, Rabu (22/8).<>

Acara yang di moderatori Jamal Ma’mur Asmani itu di hadiri oleh 53 peserta dari perwakilan pimpinan dan pengasuh pondok pesantren se-Kabupaten Pati.

Selain Abdul Ghoffar Rozin, M.Ed., yang juga Wakil Pengasuh Pesantren Maslakul huda, seminar yang bertema ā€œMenumbuhkan Dinamika Intelektual di Pesantrenā€ itu juga menghadirkan Dr. Abdul Kadir Riyadi, dosen Filsafat sekaligus pengasuh Pesantren Mahasiswa di IAIN Sunan Ampel, Surabaya, sebagai narasumber.

Dalam makalahnya, Dr. Abdul Kadir Riyadi menekankan perlunya pesantren menyediakan berbagi fasilitas sesuai tingkat kebutuhan santri, sebagai implementasi pendidikan murni dan kejuruan. Sebab, tak semua output pesantren berperan dalam keilmuan, namun banyak pula yang berperan dalam kejuruan. Karenanya, pesantren harus banyak melakukan penelitian dan memotivasi santri untuk belajar, berdiskusi dan berkarya.

Seminar yang dibuka oleh Rois Am PBNU sekaligus pengasuh Pesantren Maslakul Huda, Dr. KH. MA. Sahal Mahfudh itu terselenggara atas kerjasama PBNU, British Embassy, British Council, International Conference of Islamic scholars (ICIS) dan Pesantren Maslakul Huda.

Dalam sambutannya, KH Sahal Mahfudh berharap,Ā  pengasuh dan pengelola pesantren untuk lebih kreatif sehingga masyarakat tidak hanya mengakui eksistensi pesantren secara kelembagaan, namun juga merasakan fungsi kehadiran pesantren di tengah-tengah masyarakat.

Seminar ini bertujuan untuk membandingkan antara lingkungan akademik pesantren dan lembaga pendidikan Barat, mengkaji dinamika intelektual pesantren masa lalu, pesantren menjadi terintrospeksi, melakukan evaluasi, dan menentukan langkah-langkah sistematis-gradual dalam meningkatkan potensi intelektualitasnya, menciptakan iklim intelektualitas yang dinamis, produktif, dan kompetitif di pesantren guna mempersiapkan santri yang berkualitas. Dengan demikian diharapkan hasil seminar tersebut dapat menumbuhkan motifasi dari masing-masing peserta untuk kembali menumbuhkan dinamika intelektual yang ada di pesantren masing-masing. (dar)