Daerah

Praktikkan Jurnalistik Lewat Mading

NU Online  ·  Sabtu, 10 November 2012 | 00:22 WIB

Jepara, NU Online
Kamis malam (8/11) suasana SMA Walisongo Pecangaan tidak seperti biasanya. Meski sudah larut malam, sekolah yang terletak di Jalan Kauman No. 01 Pecangaan tampak kerumunan siswa yang sedang nglembur. <>

Tampak mereka berkumpul dengan kelompoknya masing-masing. Setiap kelompok ada yang berjumlah 5-7 siswa. Ternyata mereka sedang nggarap tugas keredaksian membuat majalah dinding (mading) sebagai tugas mengikuti pelatihan jurnalistik. 

Ya, begitulah suasana Palatihan Jurnalistik (Plastik) SMA Walisongo Pecangaan, Kamis-Jum’at (8-9/11) yang diikuti 40an peserta didik dari SMA dan MA Walisongo. Mereka nglembur bukan hanya asal-asalan. Sejak Kamis siang peserta digembleng oleh beberapa pemateri. 

Sebut saja Rif’ul Mazid Maulana (siswa MA Walisongo Pecangaan), Femi Noviyanti dan Agus Iqbal dari LPM Paradigma STAIN Kudus. Adapun materi yang disampaikan Mengenal Jurnalistik, Manajemen Keredaksian, Tentang Tajuk-Opini, Belajar Sastra, Meresensi, Lay Out dan Ilustrasi. Pelatihan juga diisi dengan olahraga, out bond dan menulis sekali duduk. 

Dalam kesempatan presentasi karya peserta telah merampungkan sejumlah 6 mading. Keenam mading tersebut adalah Dwilasivi, Kreative, Internet, Suara Pelita, Benalis - Sigma. 

“Secara keseluruhan kegiatan berhasil. Karena peserta yang sudah dibagi kelompok bisa menyelesaikan tugasnya membuat mading,” kata salah satu pemateri, Rif’ul Mazid Maulana. 

Dari tugas yang disampaikan, lanjut siswa kelas XII IPA MA Walisongo kekurangan tidak terlalu fatal. “Kekurangan yang ada sudah kami evaluasi. Kegiatan ini merupakan bekal siswa SMA Walisongo untuk mengembangkan kegiatan jurnalistiknya,” imbuhnya. 

Kepala SMA Walisongo H Muwassaun Niam dalam sambutan pembukaannya menyampaikan apresiasi kepada pihak sekolah yang telah berinisiatif menyelenggarakan kegiatan tersebut. 

“Kemampuan membaca dan menulis penting sekali untuk diasah mulai dasar. Kegiatan kali ini merupakan pendidikan dasar yang harus ditempuh untuk menghadapi tahap berikutnya,” paparnya. 

Menulis menurutnya merupakan kemampuan yang perlu diasah. Saat sudah berkembang kemampuan tersebut jelasnya bisa menjadi alat bantu menjalani proses kehidupan. Ia menegaskan para wartawan senior dulunya menjalani hal yang sama berlatih, berlatih dan terus berlatih. 

Sementara itu Budi Ismail, ketua panitia dalam kegiatan penutupan mengungkapkan melalui kegiatan tersebut semangat dan keinginan peserta perlu dikembangkan. Hal itu memupuk kualitas diri maupun lembaga. 

Pihaknya menanti hasil dari pelatihan dimasa-dimasa berikutnya. “Mimpi kami, SMA Walisongo bisa menerbitkan media sekolah yang terbit setahun sekali,” harapnya. 


Redaktur   : Mukafi Niam
Kontributor: Syaiful Mustaqim