Daerah

Pesantren Yakin Mampu Hadapi Revolusi Industri 4.0.

NU Online  ·  Ahad, 6 Januari 2019 | 01:30 WIB

Jember, NU Online
Pesantren diyakini mampu beradaptasi dengan revolusi industri 4.0. Sebab pesantren mempunyai  Sumber Daya Manusia (SDM) dan infrastruktur  yang memadai untuk menghadapi itu. Hal tersebut diungkapkan Pengasuh Pondok Pesantren  Bahrul Ulum,  Silo, Jember,  KH  Hodri Ariev saat menjadi nara sumber dalam diskusi publik di Pondok Pesantren Miftahul Ulum Taman Baru, Desa Glagahwero, Kalisat, Jember, Jawa Timur,  Sabtu (5/1) malam.

Menurutnya, pesantren harus optimis menjawab tantangan revolusi industri 4.0. Sebab dengan  begitu, pesantren terlecut untuk maju. Dikatakannya, kunci optimisme bagi  pesantren adalah ajaran Asy'ariyah bahwa takdir adalah hak prerogatif Allah. Sedangkan kewenagan manusia hanyalah berusaha.

“Karena tugas kita adalah berikhtiar, maka kita tidak boleh pesimis,  apalagi putus asa untuk memperbaiki keadaan dan untuk maju. Pesantren pasti bisa menjawab tantangan jaman,  termasuk revolusi industri 4.0,” ucapnya.

Ia menegaskan bahwa  revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan perubahan besar-besaran  di segala berbasis internet itu, menghadirkan tantangan yang cukup ironi. Yaitu manusia cenderung dikuasai oleh internet, bukan manusia menguasai internet dengan bijak.

“Dari sinilah munculnya hoaks dan fitnah. Dari sini pula pangkal munculnya ustadz-ustadz instan yang menyebarkan paham keislaman yang dangkal dan penuh kebencian,” lanjutnya.

Sementara itu, Wakil Rais Syuriyah PCNU Jember,  KH  A. Rosyidi Baihaqi memastikan  bahwa berita hoaks  adalah produk dari para pembohong,  yang  merupakan musuh utama Islam. Dikatakannya, di zaman Abu Bakar Ash-Shiddiq, muncul seorang pembohong,  Musailamah Al-Kadzdzab dan Thulaihah Al-Kadzdzab. Keduanya merongrong persatuan umat Islam hanya beberapa saat setelah Nabi Muhammad wafat.

“Abu Bakar langsung memutuskan untuk memerangi mereka dan membasmi mereka sampai habis. Ini pelajaran bagi kita untuk memerangi hoaks dan fitnah yang sekarang merajalela di berbagai media sosial,” tegasnya.

Di bagian lain, Kiai Rosyidi menandaskan, warisan utama ulama Nusantara bagi kemanusiaan dan kebangsaan Indonesia adalah tuntasnya hubungan antara keislaman dan kebangsaan. Tidak ada lagi pertentangan antara Islam dan Indonesia. Tidak ada lagi pertentangan antara Al-Quran/Hadits dan Pancasila.

“Konsepnya sangat indah yaitu tiga ukhuwah: Ukhuwah Islamiyyah, Ukhuwah Wathaniyah dan Ukhuwah Basyariyah,” urainya (Red: Aryudi AR).