Daerah

Pesantren Tebuireng Pangkas Jam Pelajaran dan Petakan Usia Pengajar

Sab, 20 Juni 2020 | 04:00 WIB

Pesantren Tebuireng Pangkas Jam Pelajaran dan Petakan Usia Pengajar

Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, KH Abdul Hakim Mahfudz. (Foto: NU Online/Syamsul Arifin)

Jombang, NU Online
Dalam penerapan new normal atau kenormalan baru di lingkungan sekolah atau madrasah, Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur telah memutuskan beberapa kebijakan. Pada intinya mempunyai semangat untuk menjaga pesantren dan semua komponen di dalamnya dari penularan Covid-19.

 

Kebijakan tersebut di antaranya pengurangan jam pembelajaran. Semua siswa nantinya mengikuti proses pembelajaran di sekolah atau madrasah lebih cepat dari sebelumnya. Namun, ketentuan jumlah pengurangan waktu belajar belum bisa dipastikan, pihak pesantren masih terus berdiskusi demi penyesuaian dan efektivitas proses belajar siswa di tengah pandemi Covid-19.

 

"Jam pelajaran kita kurangi," kata Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, KH Abdul Hakim Mahfudz, Jumat (19/6).

 

Alasan pengurangan jam pelajaran dengan mempertimbangkan stamina siswa. Ia menekankan agar sepanjang proses pembelajaran kembali dibuka, kesehatan siswa terus terjaga. Karena menurutnya kondisi tubuh sangat mempengaruhi masuknya virus ke dalam tubuh. Tentu demikian ini juga harus didorong dengan membiasakan pola makan yang sehat.

 

"Agar anak-anak tidak kelelahan, staminanya masih bagus. Jangan sampai kecapaian, karena itu (kecapaian) rawan," jelas kiai yang kerap disapa Gus Kikin ini.

 

Kebijakan lain, Pesantren Tebuireng mengklasifikasikan usia dan domisili tenaga didik. Para ustadz dan guru yang berusia di atas 45 tahun sementara tidak diperkenankan untuk mengajar bertatap muka langsung dengan siswa. Pun begitu ustadz yang bertempat tinggal cukup jauh dari pesantren.

 

"Kita sudah petakan juga, baik dari tempat tinggal maupun usia. Kalau di atas usia 45 kita anjurkan agar lebih banyak istirahat dulu," ucapnya.

 

Gus Kikin mengungkapkan, yang paling harus diperhatikan saat ini adalah upaya pencegahan Covid-19 di lingkungan pesantren dan sekolah maupun madrasah. Segala sesuatu harus dilakukan semata untuk menjaga instansi pendidikan tersebut agar tidak menjadi klaster baru dalam penyebaran virus Corona.

 

"Yang pasti hal-hal yang sekiranya rawan akan menularnya Covid-19 kita perhatikan," ujarnya.

 

Diprioritaskan Hanya Kelas Akhir
Pesantren Tebuireng akan mulai menerima santrinya kembali pada Juli mendatang. Namun, sementara hanya santri kelas 3 atau akhir di jenjang MTs/SMP dan MA/SMA serta SMK. Porsi ini dalam hitungan pihak pesantren sekitar 30 persen dari jumlah santri secara keseluruhan.

 

"Kita memasukkan (mengembalikan) 30 persen santri dulu," tegas Gus Kikin.

 

Para santri yang sudah kembali nantinya tidak langsung memulai proses pembelajaran, melainkan diisolasi terlebih dahulu selama dua pekan di tempat yang sudah disediakan, yakni gedung Universitas Hasyim Asy'ari (Unhasy) dan Ma'had Aly. Selanjutnya, setelah sepuluh hari diisolasi akan dilakukan rapid tes. 

 

"Santri semua masuk (kembali) dulu, kemudian isolasi 14 hari, nah di hari kesepuluh baru kita lakukan rapid tes," tuturnya.

 

Setelah rapid test dilakukan, baru pesantren akan mengatur jadwal dimulainya proses pembelajaran, baik itu di lingkungan pesantren maupun di sekolah atau madrasah.

 

Terapkan Jaga Jarak
Baik di pesantren ataupun di lembaga pendidikan formal, aktivitas santri harus selalu menjaga jarak. Gus Kikin mengaku, masjid sebagai pusat pembelajaran di pesantren sudah diatur sedemikian rupa agar santri menjaga jarak.

 

"Masjid sudah kita beri tanda (semacam tanda silang) supaya santri tertib dan disiplin saat ngaji," tuturnya.

 

Begitu juga di dalam kelas. Semua siswa dipastikan akan jaga jarak antara satu dengan yang lainnya. Jumlah ruang kelas dan kapasitasnya cukup mampu menerapkan physical distancing di dalam kelas. Apalagi hanya menampung siswa kelas 3. Kelas-kelas yang tidak digunakan sementara akan dipakai untuk siswa kelas akhir.

 

"Yang masuk nanti kan hanya kelas 3, tentu banyak kelas yang tidak terpakai, saya kira sangat bisa menerapkan jaga jarak," ujarnya.

 

Pun demikian di tempat tidur. Banyak ruangan yang bisa dimanfaatkan oleh santri kelas akhir yang kembali nanti. "Kamar tidur santri juga begitu, kita tetap menerapkan jaga jarak. Karena hanya santri kelas 3 yang kembali, ya kita sementara memanfaatkan yang kosong itu," pungkasnya.

 

Pewarta: Syamsul Arifin
Editor: Ibnu Nawawi