Daerah

Pesantren Kilat BPUN, Bantu Kader NU Masuk PTN

NU Online  ·  Sabtu, 18 Mei 2013 | 10:07 WIB

Jepara, NU Online 
Pesantren kilat (Sanlat) Bimbingan Pasca Ujian Nasional (BPUN) yang diselenggarakan di pesantren Walisongo Pecangaan Jepara 17 Mei-18 Juni mendatang turut membantu kader NU untuk masuk Perguruan Tinggi (PTN) yang diidamkan. Demikian dipaparkan H Adib Khoiruzzaman saat pembukaan, Jum’at (17/5) sore. 
<>
Menurutnya untuk masuk PTN persaiangannya ketat, perlu ada bimbingan khusus agar harapan mereka terwujud. Gus Adib sapaan akrabnya memaparkan 3 jalur seleksi masuk PTN kuotanya 50% lewat jalur undangan, SBMPTN 30% dan ujian mandiri 20%. 

Karenanya selaku manajer Yayasan Mata Air Cabang Jepara pelaksanaan BPUN selama 1 bulan santri dibekali materi masuk PTN. Tak lupa sepekan sekali dilaksanakan try out untuk mengetahui hasil belajar. “Sebab itu kami mendatangkan tentor dari Primagama untuk menunjang bekal mereka,” katanya. 

Kenapa harus dengan pesantren kilat? Gus Adib yang juga guru SMK Walisongo Pecangaan itu mengungkap keprihatinannya terkait kultur NU makin luntur plus orang tua sudah jarang yang memondokkan anak ke pesantren. 

Atas alasan itu Sanlat hasil kerjasama Pengurus Pusat (PP) Gerakan Pemuda (GP) Ansor, Yayasan Mata Air dan Yayasan Walisongo Pecangaan Jepara dilaksanakan untuk mendekatkan kembali kader NU dengan pesantren sebagai pendidikan tertua negeri ini.  

Santri berjumlah 70-an dari MA/ SMA/ SMK di Jepara maupun Kudus selain mendapat penggemblengan masuk PTN lanjut putra KH Mahfudz Asymawi juga dibekali bidang keagamaan utamanya ke-Aswaja-an dan ke-NU-an. 

Bekal itu, himbaunya tetap dipegang teguh saat sudah berada di luar kota semisal di Jogja, Semarang dan Solo sehingga akidahnya tetap selamat dan tidak mudah tergiur aliran-aliran menyimpang. 

Tirakat 

Ketua Yayasan Walisongo, KH Zakariya Asymawi yang membuka acara menyatakan masuk PTN membutuhkan persiapan lahir-bathin. Disamping giat belajar kiai Zakariya mengajak santri yang didampingi oleh walinya memperbanyak taqarrub ilallah. “Menjadi santri harus tirakat, jauh dengan orang tua tidak apa-apa. Makan ala kadarnya, tidur ditempat seadanya. Jika mau seperti itu kelak akan menjadi orang bejo (beruntung, red),” sambungnya. 

Rif’ul Mazid Maulana, salah satu peserta mengemukakan, ia mengikuti kegiatan agar memperoleh bekal untuk menghadapi dunia kuliah. Hal senada disampaikan Iqbal Jamil yang didampingi wali muridnya Abdurrahman. Iqbal menyatakan sudah mendaftar PTN Jalur Undangan di Solo dan Bandung. 

“Diterima di PTN Alhamdulillah, seumpama tidak juga tidak apa-apa. Tetapi bekal dari Sanlat BPUN maupun dari madrasah insyaAllah tetap saya pegang dimana pun berada,” tegas siswa MA Walisongo Pecangaan.

Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor: Syaiful Mustaqim