Perpustakaan Masjid Agung Solo Sepi Pengunjung
NU Online · Kamis, 19 Februari 2015 | 01:01 WIB
Solo, NU Online
Suara azan berkumandang dari atas menara Masjid Agung Solo, menyeru warga dan sebagian pedagang di Pasar Klewer untuk menunaikan ibadah shalat Asar. Termasuk saya, yang sedang menunggu jam buka perpustakaan Masjid Agung.
<>
Karena tak kunjung dibuka, maka saya putuskan untuk ikut shalat berjamaah. Harapannya, usai shalat, pintu perpustakaan sudah dibuka.
Namun, hal tersebut ternyata meleset. Sampai hampir pukul 16.00 WIB, pintu masih tertutup rapat. Hanya ada satu calon pengunjung duduk di bangku, yang juga menanti jam buka perpustakaan.
Dari plang yang terpasang di depan halaman, perpustakaan Masjid Agung yang terletak di sebelah utara masjid, mestinya sudah buka sejak pukul 15.00 WIB. Sekitar pukul 16.00 WIB, yang ditunggu akhirnya tiba juga, datang seorang petugas membuka pintu.
Dari keterangan petugas yang bernama Nila, setiap hari perpustakaan Masjid Agung memang sepi pengunjung. Jam buka dua kali, yakni 08.30 – 12.00 WIB dan 15.00 – 17.00 WIB rupanya masih kurang efektif untuk menarik minat pengunjung.
“Mungkin juga karena minat baca masyarakat kita yang masih rendah. Jadi masih belum banyak masayarakat yang mau berkunjung ke sini,” terangnya, saat dikunjungi NU Online, belum lama ini (13/2).
Nasib Kitab Kuno
Perpustakaan Masjid Agung, terdiri hanya satu ruangan yang lebarnya tak lebih dari 6x4 m2. Koleksi bukunya rata-rata sudah terbitan lama.
Beberapa buku tulisan dari Gus Dur, serta “Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat” karya Martin van Bruinessen terdapat pada salah satu rak. Di bagian lain, juga dapat dibaca buku sejarah Hizbullah Surakarta.
Namun, dari kesemuanya itu, yang menarik tentu justru, puluhan kitab kuno bertuliskan huruf arab pegon yang teronggok di bawah lantai. Kondisinya sangat memprihatinkan. Sebagian, bahkan sudah tidak dapat dibaca karena rusak termamah rayap.
Kitab-kitab kuno tersebut sebagian sudah dipindahkan ke salah satu ruangan di masjid. “Beberapa kitab ada yang dipindahkan, untuk dirawat,” terang santriwati Pondok Pesantren Tahfidz Wa Ta'limil Qur'an (PPTQ) itu.
Menurut keterangannya, pihak pengurus juga sedang membuat katalog. “Harapannya bisa lebih tertata,” ungkapnya singkat.
Perpustakaan Masjid Agung, memang mestinya mendapat perhatian yang lebih. Sebab, selain berada di tempat yang strategis, di dalamnay juga menyimpan aneka naskah kitab bersejarah yang tak ternilai untuk mengungkap khazanah Islam di masa lampau. (Ajie Najmuddin)
Terpopuler
1
Mulai Agustus, PBNU dan BGN Realisasikan Program MBG di Pesantren
2
Mendaki Puncak Jabal Nur, Napak Tilas Kanjeng Nabi di Gua Hira
3
40 Hari Wafat Gus Alam, KH Said Aqil Siroj: Pesantren Harus Tetap Hidup!
4
Waktu Terbaik untuk Resepsi Pernikahan menurut Islam
5
Zaman Kegaduhan, Rais Aam PBNU Ingatkan Umat Islam Ikuti Ulama yang Istiqamah
6
PBNU Tata Ulang Aset Nahdlatul Ulama Mulai dari Sekolah, Rumah Sakit, hingga Saham
Terkini
Lihat Semua