Daerah

Perlu Inovasi dan Riset untuk Dakwah di Era Milenial

Ahad, 28 Maret 2021 | 19:00 WIB

Perlu Inovasi dan Riset untuk Dakwah di Era Milenial

Prof Harisudin mengatakan, saat ini yang dibutuhkan oleh para dai adalah inovasi di bidang dakwah era milenial, salah satunya dengan berdakwah melalui media sosial masa kini. (Foto: dok istimewa)

Jember, NU Online

Peran dakwah sangatlah penting dalam upaya mengajak umat untuk menerima ajaran Islam dengan penuh kesadaran. Saat ini metode dakwah mengalami transisi, dari konvensional ke metode milenial, sementara dakwah melalui media lebih akrab, karena jangkauannya lebih luas.

 

Hal itu diungkapkan oleh Wakil Ketua LDNU Jatim, Prof Kiai M Noor Harisudin dalam Sekolah Manajemen Masjid oleh Yayasan Dana Sosial al-Falah (YDSF) Jember, Ahad (28/3).

 

“Saya merekomendasikan kepada segenap takmir masjid untuk juga memperhatikan metode dakwah milenial melalui media yang ada saat ini, baik melalui youtube, facebook, dan instagram, termasuk juga tiktok,” ujar Kiai Harisudin yang juga Pengasuh Pesantren Darul Hikam Mangli Jember.

 

Menurut kiai muda yang juga Dekan Fakultas Syariah UIN KHAS Jember tersebut, saat ini yang dibutuhkan oleh para dai adalah inovasi di bidang dakwah era milenial, salah satunya dengan berdakwah melalui media sosial masa kini.

 

“Daripada media saat ini digunakan untuk hal-hal yang negative dan tidak banyak berguna, lebih baik kita buat konten dakwah, shalawat dan semacamnya di media tersebut yang lebih bermanfaat. Namanya dakwah ya harus pelan-pelan, arahkan umat ke arah yang baik,” ujar Prof Kiai Harisudin di hadapan para takmir masjid se-Kabupaten Jember.

 

Saat ini, ungkapnya, bukan waktunya lagi untuk menghitung pengikut yang banyak, tetapi lupa kepada jamaahnya yang tidak berubah lebih baik. Dengan itu, para mubalig tidak hanya mencukupkan diri menyampaikan di depan publik, tetapi juga berdoa memohon kepada Allah agar orang-orang yang didakwahi segera mendapat petunjuk.

 

Lebih dari itu, seorang dai harus memiliki kriteria ideal. Di antaranya, alim (aliman), ahli ibadah (abidan), zuhud (zahidan) dan mengetahui (arifan) kemaslahatan makhluk. “Seorang dai harus punya pegangan ini, dia harus terus belajar dan meng-update pengetahuan,” ucapnya.

 

Dengan itu Prof Harisudin menekankan, jika dakwah tidak hanya mereka yang ada di masjid, panggung, televisi dan podium semata. Tetapi segala sikap mengajak baik secara lisan, perbuatan maupun tingkah laku untuk taat kepada Allah juga bagian dari dakwah.

 

“Dakwah itu ada di semua lini kehidupan, baik secara individual maupun komunal. Oleh karena itu, dakwah di atas panggung atau podium bagian dari aktivitas dakwah,” jelas Prof Kiai Harisudin yang juga Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan Majelis Ulama (MUI) Jawa Timur.

 

Guru Besar UIN KHAS Jember itu berpesan agar para mubalig dan takmir masjid juga memperhatikan pentingnya sebuah penelitian untuk melihat sejauh mana efektivitas dakwah yang dilakukannya.

 

“Melalui penelitian, kita akan tau objek dakwahnya, tema yang dibutuhkannya, metode yang digunakannya. Sehingga kurikulum dakwah yang disampaikan akan tepat sasaran,” ujarnya.

 

Kontributor: M Irwan Zamroni Ali
Editor: Kendi Setiawan