Daerah

Perhatikan Hal ini untuk Jadi Pembicara dan Motivator Handal

Kam, 11 Juli 2019 | 08:30 WIB

Pringsewu, NU Online
Pendidik yang juga seorang motivator Provinsi Lampung, H Yusuf mengungkapkan bahwa guru adalah sosok model yang selalu dipantau gerak-geriknya oleh para murid. Aktivitas selama berada di dalam maupun di luar kelas akan ditiru oleh orang sekitarnya.

Oleh karenanya guru harus berupaya semaksimal mungkin meningkatkan kualitas diri agar mampu menebar aura positif kepada sekitar khususnya kepada peserta didik. Kualitas yang harus terus diasah menurut Yusuf adalah tentang bagaimana menjadi pembicara dan motivator handal.

"Menjadi guru, pembicara, dan motivator yang baik harus melatih diri agar menjadi jiwa yang komunikatif, mampu melahirkan sugesti sekaligus menguasai materi yang disampaikan," jelasnya saat memberi motivasi kepada para pendidik dan tenaga kependidikan MAN 1 Pringsewu, Kamis (11/7).

Selain itu lanjut Yusuf, seorang pendidik juga harus mampu memancarkan motivasi kepada orang lain melalui apa yang disampaikan. Ia juga harus mampu menjadi contoh dengan penampilan yang menarik dan mampu menginspirasi peserta didik.

"Pembicara yang baik tahu kapan harus berbicara dan kapan harus diam dan selalu melatih bagaimana berbicara dengan baik di depan audiens baik aspek kebahasaan maupun non-kebahasaan," jelasnya.

Aspek kebahasaan dalam berbicara seperti ketegasan lafal, intonasi, tekanan, ritme, dan penggunaan kalimat. Sementara aspek non kebahasaan meliputi kenyaringan suara, kancaran, sikap berbicara, gerak-mimik, penalaran, serta santun dalam berbicara.

Pembicara dan motivator handal lanjutnya, harus mampu memainkan beberapa aspek penting dalam memuluskan apa yang ia ingin sampaikan kepada uaudiens sehingga mampu ditangkap dengan baik.

"Seorang pembicara harus memainkan nada bicara. Kadang pakai nada tinggi kadang rendah, terkadang sedang. Gunakan variasi dan irama komunikatif," sarannya.

Kecepatan dan tekanan saat berbicara juga sangat penting dengan mengelola variasi kecepatan berbicara dan memanfaatkan alat untuk memikat perhatian audiens dan menanamkan ide.

"Sikap dalam berbicara juga penting untuk mempengaruhi audiens. Masukkan nilai emosi dalam suara kapan sedih, marah, bimbang, riang, ramah, sejenisnya," pungkasnya. (Muhammad Faizin)