Daerah

Pergunu: Keberagaman Dapat Tingkatkan Kecerdasan dan Bijak Sikapi Persoalan

Ahad, 14 November 2021 | 00:30 WIB

Pergunu: Keberagaman Dapat Tingkatkan Kecerdasan dan Bijak Sikapi Persoalan

Suasana pembekalan Moderasi Beragama untuk para guru PAI di Tegal. (Foto: Dok. Pergunu)

Tegal, NU Online
Fungsionaris Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PP Pergunu) Heri Kuswara mengatakan, keberagaman dapat meningkatkan kecerdasan seseorang sekaligus bijak dalam menyikapi persoalan. Keberagaman pemikiran, pandangan, dan pergaulan akan memperkaya kita dalam berpikir dan bijak dalam bertindak.


Pernyataan tersebut dikatakan Heri saat menjadi pemateri Peningkatan Kapasitas Moderasi Beragama Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Tingkat SMA/SMK di Hotel Karlita, Tegal, Jawa Tengah, Jumat (12/11/2021).


“Sikap intoleransi dalam diri seseorang, kata dia, muncul karena pengetahuan yang minim sehingga mudah tersulut emosi jika dihadapkan kepada perbedaan,” kata Heri Kuswara.


Ia menjelaskan, sikap moderat dan toleran bisa dilihat dari cara menghargai budaya, baik itu budaya sendiri maupun budaya orang lain. “Orang yang memahami keberagaman budaya akan lebih menghargai dan berempati terhadap budaya orang lain,” tegas pria yang juga pengurus PCNU Kota Bekasi itu.


Lebih lanjut, Heri menjelaskan bahwa salah satu upaya untuk melakukan pencegahan terhadap sikap intoleransi dan ekstrimisme terdapat beberapa cara. Pertama, memberikan pemahaman yang mendalam terhadap Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945.


Kedua, membina generasi muda dengan berbagai kegiatan keagamaan, sosial, kesenian, olahraga dan lain-lain. Ketiga, memberikan pemahaman agama yang baik dan benar di sekolah maupun di masyarakat.


“Keempat, memberikan contoh pembiasaan dan keteladanan dalam sikap, ucapan dan perilaku,” kata Penggerak Teacherpreuner PP Pergunu ini.


Menurut Heri, jika tidak dilakukan pencegahan dari sekarang, maka akan muncul sikap intoleransi kemudian berlanjut pada perilaku ekstremisme dan puncaknya adalah terorisme.


“Itu semua dimulai dari sikap yang tidak mau menerima perbedaan maka muncul intoleransi. Lalu berlanjut pada ekstremisme dan berbuah terorisme,” tegas Heri.


Ia juga menjelaskan beberapa sebab terjadinya intoleransi di dunia pendidikan. Pertama, kemampuan empati internal dan eksternal guru dan siswa. Kedua, persepsi keterancaman yang tinggi terutama terkait dengan faktor ekonomi.


“Ketiga, pandangan Islam ekstrem pada beberapa guru atau siswa. Keempat, faktor sosial dan ekonomi,” ujar Heri.


Peristiwa ini, menurut Heri, sangat memungkinkan terjadi di dunia pendidikan di mana pun. Jika sudah dalam keadaan terpojok, mau tidak mau akan mudah terbawa arus intoleransi.


“Untuk itu, guru mempunyai tanggung jawab besar dalam menghadapi tantangan yang sering muncul di lapangan. Selain itu, guru juga harus merespons kondisi tersebut dengan pendekatan dialog yang baik sebelum terjadi tindakan yang ekstremisme,” tandasnya.


Ia berharap, pembekalan Moderasi Beragama yang diinisiasi oleh PP Pergunu bekerja sama dengan Pengembangan dan Pemberdayaan Santri Nusantara (PPSN) Direktorat Pendidikan Agama Islam (Dit PAI) Ditjen Pendis Kemenag RI ini dapat menghasilkan guru-guru moderat dan toleran. 


Kontributor: Erik Alga Lesmana 
Editor: Musthofa Asrori