Jombang, NU Online
Santri Mamba'ul Ma'rif Denanyar, Kabupaten Jombang, Jawa Timur yang tergabung dalam Sekolah Kaligrafi Al-Qur'an (Sakal) mengadakan dialog Interaktif seputar dunia kaligrafi.
Kegiatan tentang kaligrafi gratis untuk umum digelar dengan format dialog dibuat santai dan setiap peserta boleh bertanya langsung kepada pemateri yang berjumlah enam orang.Ā
Pemateri didatangkan dari profesional dan sudah bertahun-tahun menekuni kaligrafi. Seperti Ustadz Zainul Mujib yang sudah berkali-kali mewakili Indonesia di ajang Internasional seperti di Aljazair, Malaysia. Ada juga Ustadz Mahfud Rosyidi, pencinta kaligrafi muda tapi sudah punya beberapa sanad guru kaligrafi.
"Kita ingin mengabarkan ke publik, kaligrafi atau khat itu bukan hanya sekedar tulis menulis. Banyak hal yang dapat kita pelajari dari kaligrafi. Karena kaligrafi sebuah ilmu yang agung," jelas Ustadz Zainul Mujib, Sabtu (10/11).
Pria asal Lamongan ini menjelaskan, kaligrafi juga memuat unsur pendidikan (tarbiyah), karya, kajian, dakwah, politik, dan bisnis. Namun ia menggariskan, semua hal tersebut bertujuan yang sama yaitu untuk kemajuan peradaban Islam. "Dengan syarat ketika sudah menekuni di bidang tertentu di dalam khat harus totalitas dan sampai menjadi seorang pakar," ujar Zainul.
Dikatakan, di kaligrafi banyak pembagiannya, ada yang fokus hiasan dan ada fokus tulisan. Semua pecinta kaligrafi sejati harus mendalami satu bidang dengan mendalami dan ahli. Jangan sampai memakai istilah yang penting ngerti tapi tidak tahu yang penting.
"Inti dari dialog interaktif yakni kaligrafi itu tidak hanya sekedar menulis, khat itu ibarat rumah besar yang di dalamnya banyak kamar-kamar dan setiap orang bebas memilih kamar tersebut. Tapi perlu perhatian lebih jangan hanya sekedar "sing penting ngerti tapi tidak mengerti yang penting," ungkap Mujib.
Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Hasyim Asy'ari Jombang ini menambahkan, untuk memperoleh spesifikasi dalam ilmu kaligrafi bersifat mengalir dan tidak bisa dipaksakan. Karena kecondongan seorang akan mengalir dengan sendirinya dan muncul seiring dengan berjalannya proses pembelajaran dan pengembangan.
Lebih lanjut, ia menjelaskan intinya belajar kaligrafi agar menjadi profesional harus latihan tiap hari. Apabila dalam proses itu nanti muncul kecondongan pada cabang kaligrafi tertentu itu merupakan proses sebab akibat.
"Sesuai pendapat Imam Ali, proses belajar itu tersimpan pada pengajaran seorang guru dan kekuatannya tergantung seberapa banyak latihan. Dan terus abadi sejalan dengan adanya agama Islam," ungkap Mujib.
Mujib juga membantah anggapan masyarakat umum yang menyebutkan menekuni kaligrafi tak punya masa depan cerah secara ekonomi dan karier. Ia memberikan argumen, jika selama ini hidupnya setiap hari bergelut dengan kaligrafi. Namun masih tetap bisa menikmati hidup layaknya orang normal dan bonus keliling dunia.
"Masalah rizki itu urusan Allah, tugas manusia itu berusaha. Kalau kita menekuni ilmu Allah maka yakinlah tak ada kesusahan. Kaligrafi itu menulis ayat Al-Qur'an dan Hadits, ini tugas mulia. Jadi jangan takut gabung dan mempelajari kaligrafi. Dengan kaligrafi kita juga bisa syiar Islam," tandasnya. (Syarif Abdurahman/Muiz)