Daerah

Penyebab Berpikir Berlebihan dan Cara Mengatasinya

Ahad, 3 Oktober 2021 | 15:00 WIB

Penyebab Berpikir Berlebihan dan Cara Mengatasinya

Pengurus LKK PWNU Yogyakarta bidang Pendampingan dan Pemberdayaan, Nurmey Nurulchaq (Ning Rully) dalam sebuah acara. (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online 
Memikirkan sesuatu terlalu berlebihan atau overthinking ternyata berdampak buruk pada tubuh. Tak hanya membuang waktu, berpikir berlebihan juga bisa menguras energi hingga membuat seseorang terjebak dalam anxiety atau gangguan kecemasan.


Psikolog Keluarga, Nurmey Nurulchaq, mengungkapkan bahwa berpikir berlebihan sebenarnya karena kelumpuhan seseorang dalam menganalisis sesuatu yang terjadi dalam diri. Sehingga, membuat dia terjebak dalam pikiran itu terus-menerus dan tidak bisa mengambil keputusan dengan baik.


Beberapa penelitian psikologi bahkan menunjukkan bahwa perempuan lebih mudah terkena overthinking dibandingkan lelaki. Namun demikian, Ning Rully, sapaan akrabnya, menegaskan bahwa berpikir berlebihan idak berkaitan dengan usia atau jenis kelamin.


Overthinking juga bisa dialami oleh remaja yang beranjak dewasa karena mereka masuk fase terjadinya quarter life crisis atau masa sulit,” ungkap Ning Rully saat mengisi Kajian Islam Aswaja (Kiswah) di TV9 Official, Sabtu (2/10/2021).


Pengurus LKK PWNU Yogyakarta bidang Pendampingan dan Pemberdayaan itu membagi overthinking menjadi dua. Pertama, masa lalu yang tidak pernah bisa diubah. Kedua, berpikir masa depan (baca: sesuatu yang belum tentu terjadi). Adapun ciri berpikir berlebihan sendiri, menurut dia, yakni kekhawatiran berlebih terhadap masa depan.


Penyebab terjadinya berpikir berlebihan sendiri, menurut dia, ada beberapa hal. Pertama, self-eesteem atau harga diri yang rendah. “Jadi berkaitan dengan kepercayaan diri sehingga ketika merasa tidak nyaman dengan perilaku orang lain dia tidak berani menyampaikannya,” jelas Ning Rully.


Kedua, self-doubt atau perasaan ragu. Menurut dia, hal itu terjadi dimasa awal kehidupan seseorang. Berpikir berlebihan juga berkaitan dengan lingkaran kehidupan. “Kalau kita tinggal dengan orang-orang yang cenderung overthinking maka hal itu bisa menjadi pemicu,” ujar lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta itu.


“Nilai-nilai perfeksionis atau pengalaman traumatis serta ketidakmampuan kita untuk menerima kondisi sehingga merasa iri kepada orang lain juga bisa menjadi pemicu munculnya overthinking,” imbuh Dosen Sekolah Tinggi Psikologi (STIPSI) Yogyakarta tersebut.


Lalu bagaimana cara mengatasinya? Pertama, kenali tanda-tandanya. “Apabila kita sering mengatakan bagaimana jika hal itu terjadi? Kalau seandainya? Kemudian sering cemas terhadap sesuatu dan tidak tahu cara mengendalikannya, maka harus kenali terlebih dahulu pemicunya. Jangan mudah melabeli,” terangnya. 


Kedua, cari pemicu. Biasanya orang yang berpikir berlebihan tidak banyak memiliki aktivitas rutin yang produktif. “Overthinking sering muncul saat mau tidur atau ketika gabut (tidak ada kerjaan). Jika terjadi hal itu, segera lakukan sesuatu. Jangan menyendiri,” pesannya.


Kontributor: Suci Amaliyah
Editor: Musthofa Asrori