Jombang, NU Online
KH Abdul Qoyyum Mansur (Gus Qoyyum) dari Lasem, Rembang, Jawa Tengah menjelaskan bahwa penghafal Al-Qur'an juga memiliki penyakit hati. Sehingga kewajiban para penghafal Al-Qur'an selain terus menjaga hafalannya juga harus melawan penyakit hatinya.
"Penyakit hati dari orang yang hafal Al-Qur'an itu adalah hasud dan suka menggunjing," katanya saat mengisi pengajian dalam wisuda khataman Qur'an bil ghaib dan binnadhar di Pesantren Al Amanah 2, Ngledok, Mojokrapak, Tembelang, Jombang, Ahad (7/7).
Gus Qoyyum menambahkan, jumlah titik dalam Al-Qur'an menurutnya ada satu juta dua puluh lima ribu tiga puluh. Titik yang pertama ada dalam huruf 'Ba' pada ayat bismilah, titiknya di bawah. Titik terakhir ada pada huruf 'Nun' ayat terakhir Surat An-Nas pada lafadz 'Minal jinnati wannas'.
"Ini pelajaran bahwa ahli Qur'an harus tawadu atau rendah hati, tidak sombong. Orang yang tawadu seperti huruf Ba, titiknya di bawah. Orang yang tawadu pasti akan berakhir mulia. Seperti huruf Nun yang punya titik di atas. Makanya tidak boleh hasud," ujar Pengasuh Pesantren An-Nur Lasem.
Perintah tawadu bagi ahli Al-Qur'an ini sesuai dengan tuntutan dari Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad adalah orang yang paling mulia. Namun nabi tetap diperintah tawadu dengan merendahkan pundak pada orang mukmin. Nabi bahkan tidak segan mencium tangan kuli batu yang kasar karena mencari rezeki halal.
"Akhlak nabi itu adalah Al-Qur'an," tambah Gus Qoyyum.
Gus Qoyyum mengatakan Nabi Muhammad pernah bersabda, satu orang yang bisa dapat hidayah karenanya, maka nilainya di hadapan Allah melebihi harta dunia yang paling berharga. Ia lalu menceritakan ada kisah dari almarhum Habib Mundzir Al-Musawa. Sang Habib selalu mencium tangan orang yang lebih tua. Suatu ketika di masjid, Habib mencium tangan orang yang lebih tua darinya. Seketika itu, orang tersebut langsung menangis hingga meneteskan air mata. Ia terharu tangannya dicium orang yang sangat mulia. Padahal tangan itu biasanya ia pakai untuk mencuri harta orang lain.
"Orang itu pun menyesal dan bertobat. Sejak itu orang tersebut tak lagi mencuri dan maksiat. Sikap tawadu Habib Mundzir, membuat orang dapat hidayah dan bertobat," tandas Cucu KH Kholil Lasem. (Syarif Abdurrahman/Muiz)