Daerah

Pengurus Fatayat-Muslimat Gapura Belajar Pengobatan Herbal

NU Online  ·  Rabu, 19 Desember 2012 | 01:42 WIB

Gapura, NU Online
Belasan pengurus PAC Fatayat dan Muslimat NU Gapura, Sumenep, belajar pengobatan herbal di kediaman Ny. Alimah HS, Ketua Muslimat NU Gapura, Kamis (13/12). Pelatihan sehari tersebut mendatangkan Ahli Pengobatan Herbal dari Guluk-Guluk, Sumenep, Ny. Supriyati.
<>
Pelatihan yang diselenggarakan atas dampingan Lakpesdam NU tersebut diikuti 7 orang perwakilan dari pengurus Ranting Fatayat-Muslimat se-Kecamatan Gapura, dan 6 orang perwakilan dari pengurus PAC Fatayat-Muslimat Gapura.

Fitratul Qayyimah, panitia kegiatan tersebut menuturkan, kegiatan tersebut bertujuan untuk membekali kaum ibu-ibu terampil dalam peracik obat dari tanaman yang ada di sekeliling pekarangan rumah. Dengan demikian, diharapkan dapat menjaga kesehatan dan ketika sakit ringan tidak perlu beli obat.

“Ini (kegiatan) dalam rangka mempersiapkan program jangka panjang Fatayat dan Muslimat untuk membangun Balai Pengobatan Alami. Saat ini Fatayat dan Muslimat sudah menanam tanaman obat herbal. Nanti, toga itu diharapkan bisa dikelola sendiri,” katanya.

Menurutnya, pelatihan tersebut akan berkesinambungan sampai BPA berdiri. “Peserta ini akan terus dilatih hingga akhirnya bisa mendiagnosa penyakit, baik penyebab terjadinya penyakit atau letak organ tubuh,” janjinya.

Tiga belas peserta yang mengikuti pelatihan tersebut tampak sangat antusias. Untuk memancing pengetahuan peserta, Ibu Sup, panggilan Ny. Supriyati, meminta peserta mencari 10 jenis tanaman obat. Masing-masing peserta tidak boleh sama.

Pantauan NU Online, setelah Ibu Sup memberikan tugas mengidentifikasi tanaman berkhasiat, ia menjelaskan satu persatu khasiat tanaman yang ada disekeliling pekarangan rumah.

“Saya sangat bersyukur bisa mengikuti (pelatihan) ini. Ternyata, semak-semak yang hidup dipekarangan rumah banyak mengandung khasiat untuk kesehatan. Selama ini kalau melihat (semak-semak) langsung dicabut karena saya beranggapan cuma mengotori halaman rumah,” aku salah seorang peserta, Uswatun Hasanah, sambil tersenyum.

Tak hanya mendapat penjelasan khasiat toga, peserta pelatihan juga diajak untuk praktek langsung membuat jamu instan. Pada saat itu, tanaman obat yang dipraktekkan wortel, kunir, dan lidah buaya.

Peserta tampak tidak kelihat susah saat praktek membuat jamu instan. Cara membuatnya, toga (wortel dan kunir) dicuci dengan bersih setelah dikupas. Diparut. Hasil toga yang sudah diparut diperas. Hasil perasan diendapkan selama 30 menit, lalu dipanaskan. Setelah mendidih hingga separuh, dituangkan gula dan diaduk sampai mengkristal.

“Supaya tidak fatal, komposisi satu kilogram toga satu kilogram gula,” kata Ibu Sup di sela-sela membuat jamu.

Redaktur: Mukafi Niam
Kontributor: M Kamil Akhyari