Daerah

Pengasuh Pesantren Nurul Jadid Paiton Wafat

NU Online  ·  Ahad, 1 Desember 2013 | 13:10 WIB

Pamekasan, NU Online
Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo disesaki ribuan umat, Ahad (01/12) pagi. Pasalnya, pengasuh pondok pesantren yang sangat kesohor tersebut, al-mukarram jaddi al-habib KH Nur Chotim Zaini, wafat usai shalat Subuh. Gemuruh sesak tangis berirama dengan suara takbir sebagai wujud berduka yang sangat mendalam.<>

Selama ini, sang almarhum dikenal sebagai sosok pencinta ilmu. Beliau terbilang tekun dan sabar dalam mendidik santri. Nilai-nilai ahlus sunnah waljama’ah, sangat beliau perhatikan.

Semangat pendidikan berpaham ahlussunnah waljama’ah yang digetolkannya, tidak lepas dari sejarah pendiri Pondok Pesantren Nurul Jadid yang berasal dari murid pendiri NU sekaligus pengasuh pesantren Tebuirng KH Hasyim Asy’ari. Pendiri yang dimaksud ialah KH. Zaini Mun’im.

Untuk diketahui, KH Nur Chotim Zaini sendiri merupakan putra ketujuh dari KH Zaini Mun’im. Beliau lahir di Paiton. Saudara-saudarinya adalah alm. KH. Moh. Hasyim, BA. (Lahir di Madura), alm. Drs. KH. A. Wahid Zaini, SH. (Lahir di Madura), Nyai Hj. Aisyah (Istri KH. Hasan Abdul Wafi dan lahir di Madura), KH. Fadlurrahman, BA. (lahir di Paiton), KH. Moh. Zuhri Zaini, BA. (lahir di Paiton), dan alm. KH. Abdul Haq Zaini, Lc, (Lahir di Paiton).

Kabar wafatnya beliau langsung menyebar ke seantero nusantara. Bahkan, juga diketahui oleh alumni yang mengenyam pendidikan di luar negeri. Sebut saja Muhammad Al-Fayyad.

Fayyad yang menempuh pendidikan di Prancis ini, menyatakan sangat berduka dan merasa kehilangan. Diakuinya, KH Nur Chotim Zaini sangat berjasa dalam menghidupkan spirit keilmuan yang berbungkus pengamalan akhlakul karimah.

“Semoga arwah beliau diterima oleh Allah SWT. Semoga beliau juga mendapat tempat yang layak. Semoga pula keluarga besar Nurul Jadid diberi kesabaran,” tukasnya.

Sementara itu, para ulama di Madura sudah bersiap-siap untuk melayat sang almarhum. Ulama Madura tidak luput dari rasa berduka yang sangat mendalam. (Hairul Anam)