Daerah

Pelajar NU Papringan Jaga Tradisi Maulid

Jum, 1 Agustus 2014 | 13:02 WIB

Kudus, NU Online
Diantara yang menjadi ciri khas amaliah warga NU di daerah-daerah yang kini masih dijalankan adalah mengisi acara-acara hajatan dengan pembacaan sejarah Nabi atau yang akrab disebut maulid Nabi.
<>
Pelajar-pelajar NU yang tergabung dalam Jam’iyyah Rebana Nahdlatul Muhibbin, adalah salah satu wadah pemuda NU yang berjuang mentradisikan shalawatan dan pembacaan maulid Nabi dalam setiap hajatan masyarakat.
Muhammad Syukrun Ni’am sekretaris Nahdlatul Muhibbin mengatakan, apabila jam’iyyah ini mendapatkan undangan dari masyarakat, pihaknya senang karena merasa jam’iyyahnya di manusiakan oleh masyarakat.

“Selain karena hobi, kita juga dapat menghibur yang sifatnya Islami,” unkapnya kepada NU Online, Jum’at (1/9), saat Jam’iyyah Rebana Nahdlatul Muhibbin diundang dalam acara pernikahan salah satu warga Papringan, Kudus.

Biasanya jam’iyyah ini membacakan Al-Barzanji, Shimtud Duror dan lagu-lagi shalawat Nabi dengan iringan rebana dalam hajatan masyarakat, misalnya pernikahan, kelahiran anak dan lain-lain.

“Maulid Nabi kan membaca sejarahnya Nabi. Selain dibacakan, juga ada doanya yang dapat membuahkan barokah bagi yang mempunyai hajat. Nanti barokahnya kan lebih banyak apabila dibacakan di rumahnya,” terang laki-laki yang pernah menjabat ketua IPNU Ranting Papringan periode 2012-2014.

Harapannya, remaja-remaja dapat melanjutkan generasi (ulama) terdahulu yang mewariskan tradisi maulid Nabi. “Di samping itu, juga ngurep-ngurep (menghidupkan) pembacaan shalawat Nabi dalam setiap hajatan masyarakat,” harapnya.

Sementara itu, desa Papringan cukup baik solidaritasnya, karena tidak hanya dihuni warga NU, tetapi tidak sedikit warga Muhammadiyah yang sering tidak enggan untuk menghadiri undangan-undangan acara warga NU, seperti Maulid Nabi, tahlilan, haul dan lain-lain. (m zidni nafi’/mukafi niam)