Pamekasan, NU Online
Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Pamekasan menyesalkan didistribusikannya subsidi beras yang sudah tidak layak untuk masyarakat miskin. Beras yang dibagikan untuk masyarakat miskin (raskin) di Kabupaten Pamekasan ditemukan dalam kondisi rusak dan busuk saat dibagikan.<>
"Warga miskin mestinya disantuni secara terhormat. Pemberian raskin yang rusak, tentu terbilang penodaan terhadap martabat warga miskin yang selayaknya juga dihormati," kata Sekretaris PCNU Pamekasan KH Abdurrahman Abbas kepada NU Online di Pamekasan, Sabtu (24/5).
Raskin yang sudah rusak itu, diketahui sesaat setelah salah seorang warga Desa Tampojung Daja, Waru menerima raskin dalam karung berlabel Bulog Subdivre Madura ukuran 15 kilogram. Beras yang diterima itu sudah terlihat kekuningan dan dipastikan tidak layak untuk dikonsumsi.
Mattawi (45), salah seorang warga miskin dari Dusun Rampak Daja yang menerima raskin dalam kondisi menguning dan lapuk itu menyatakan, pihaknya baru menyadari saat beras tersebut dibuka tali karungnya. Seluruh beras yang ada di dalam karung itu dalam kondisi yang tidak mungkin pantas dikonsumsi manusia.
“Waktu dibuka karungnya setelah berasnya diterima, isinya sudah berwarna kuning kecoklatan dan banyak bubuknya. Masak kita mau makan beras seperti itu,” ujarnya.
Dengan temuan itu, beras bantuan untuk Mattawi itu tak lagi berguna untuk apa pun. Termasuk makanan ternak. Bahkan ayam ternaknya pun tak tertarik memakan beras bantuan yang seharusnya layak dimakan manusia tersebut.
“Ya tidak ada gunanya bantuan itu. Mau diapakan lagi karena tidak bisa dimakan,” katanya.
Dikonfirmasi perihal tersebut, Kepala Bulog Subdivre XII Madura Suharyono tampak santai saja. Seharusnya, menurut Suharyono, setelah diketahui adanya beras rusak yang dibagikan, pihak aparat desa setempat melaporkannya ke Kantor Bulog.
“Kalau memang ditemukan beras rusak di titik sasaran, silahkan laporkan ke kami. Nanti langsung diganti berapapun jumlahnya,” ujar Suharyono.
Mengenai seringnya ditemukan beras yang rusak yang didistribusikan, Suharyono mengatakan karena alasan sirkulasi pengadaan beras dari rekanan. Persediaan beras yang lebih awal dibeli oleh Bulog akan didistribusikan lebih dulu ketimbang beras dari hasil pengadaan baru.
Beras pengadaan lama itu berasal dari berbagai macam kualitas. Sehingga, terangnya, dari sekian banyak beras hasil pengadaan lama itu, di dalamnya terdapat beberapa kualitas di luar standar. Akibatnya, dalam jangka waktu yang tidak relatif lama, beras sudah dalam kondisi rusak.
“Kita sebenarnya menerima beras dengan standar kualitas tertentu. Tapi kan begitu banyak beras dan waktu penyimpanan yang relatif lama. Ada yang tidak memenuhi kualitas dan rusak,” lanjutnya.
Akibatnya, sebagian dari beras yang didistribusikan itu terselip beras yang sudah rusak. Dan, baru diketahui saat sampai di titik sasaran penerima bantuan.
“Beras kan berasal dari banyak penggilingan. Standarnya macam-macam. Makanya kami sekarang mulai perketat soal standar kualitas berasnya saat pengadaan,” tandasnya. (Hairul Anam/Anam)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Menggali Hikmah Ibadah Haji dan Kurban
2
Khutbah Jumat: Menggapai Pahala Haji Meskipun Belum Berkesempatan ke Tanah Suci
3
Niat Puasa Dzulhijjah, Raih Keutamaannya
4
Pengrajin Asal Cianjur Sulap Tenda Mina Jadi Pondok Teduh dan Hijau
5
Khutbah Jumat: Persahabatan Sejati, Jalan Keselamatan Dunia dan Akhirat
6
Amalan Penting di Permulaan Bulan Dzulhijjah, Mulai Perbanyak Dzikir hingga Puasa
Terkini
Lihat Semua