Daerah

Pancasila Harus Dijaga Karena Menyatukan Bangsa

NU Online  ·  Sabtu, 2 Juni 2018 | 03:30 WIB

Jember, NU Online
Pancasila diciptakan bukan dengan tiba-tiba, namun melalui  proses panjang dengan menyatukan berbagai perbedaan latar belakang budaya dan agama. Pancasila adalah konsensus nasional yang terjadi dalam suatu proses yang tidak gampang. Oleh karenanya, semua pihak diharapkan dapat menghargai proses sejarah yang luar biasa tersebut. 

Harapan ini disampaikan Rektor Universitas Jember, Moh Hasan saat memberikan pengarahan pada Mauidzah Kebangsaan Dalam Rangka Peringatan Hari Lahir Pancasila di aula LP3M Universitas Jember, Jumat (1/6).

Menurut Hasan, para pendiri bangsa telah bersusah payah melahirkan Pancasila. Segala perbedaan yang tajam dengan motif kepentingan yang berbeda pula, harus dilewati untuk mencapai konsensus tersebut. “Makanya Pancasila harus kita jaga, karena inilah yang dapat menyatukan bangsa Indonesia,” katanya.

Sementara itu, Ketua Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjamin Mutu (LP3M)  Universitas Jember, Akhmad Taufiq dalam sambutannya menegaskan bahwa gerakan radikal merupakan persoalan serius bagi bangsa ini dan wajib diwaspdai. Jika dibiarkan merajalela bukan tidak mungkin Pancasila kelak hanya tinggal nama, karena Indonesia terpecah dan larut dalam konflik horisontal. 

“Aksi bom bunuh diri yang terjadi di beberapa daerah harus mampu menggugah kesadaran kita untuk bangkit melawan radikalisme,” jelasnya.

Ketua Ikatan Keluarga Alumni (IKA) PMII Cabang Jember itu mengaku miris dengan munculnya kabar bahwa ada tujuh Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Indonesia yang sudah tersusupi ideologi radikal. Sebab, gerakan radikal berarti sudah merambah kelompok terdidik. Dan itu sangat berbahaya karena mahasiswa dan dosen bisa terpapar ideologi berbahaya tersebut.

Menurutnya, kendati Univeritas Jember tidak disebut di media dalam tujuh PTN tersebut, namun bukan berarti aman dan bebas dari ancaman ideologi radikal. 

“Dalam konteks ini daya aktualitas Pancasila dituntut sedemikian rupa untuk mampu menjinakkan ideologi radikal, dan pada saat yang sama dituntut mampu mengembangkan iklim kehidupan berbangsa yang penuh toleransi dan moderasi,” urainya. (Aryudi Abdul Razaq/Ibnu Nawawi