Nyai Hj Sofiatunnisa: Puasa Ajarkan Terima Apa Adanya
NU Online · Ahad, 4 Juni 2017 | 14:02 WIB
Wakil Ketua Muslimat NU Kabupaten Brebes Hj Sofiatunnisa menilai, puasa bisa menjadi ladang pembelajaran menerima apa adanya atas rezeki dari Allah SWT. Dari sini akan tercipta keharmonisan keluarga, karena seorang istri yang tidak nrima ing pandum, menjadi awal petaka dalam kehidupan berkeluarga.
Demikian disampaikan Nyai Sofiatunnisa saat berbincang dengan NU Online di sela sahur bersama Hj Shinta Nuriyah Wahid di Pendopo Bupati Brebes II, Bumiayu, Brebes, Sabtu (3/6).
Nyai Sof menegaskan, surga disediakan karena peranan perempuan di dalam keluarga. Padahal hanya ngladeni anak-anak dan suami dengan ikhlas. “Jangan sampai di bulan Ramadhan, wis lagi kesel ngamuk-ngamuk. Jadi perempuan sebenarnya gampang golet ganjaran. Hanya saja perempuan banyak mulut, kendalanya itu saja.”
Kalau lelaki sangat berat meraih surga karena memiliki kewajiban sebagai seorang bapak yang harus menafkahi keluarga, banting tulang. Untuk itu, bila situasi dan kondisi tidak mampu, maka istri bisa memanajemen keuangan dengan baik. Berapapun penghasilan suaminya, insya Allah bisa cukup agar menjadi berkah.
“Orang kaya tidak harus banyak uang tapi nrima ing pandum dan ini diajarkan di dalam ritme puasa,” kata Nyai Sof, sahabat sekamar dengan Hj Shinta Nuriyah Wahid saat masih mondok dulu.
Pengasuh Pesantren Shofwatussu’ada ini menegaskan, keharmonisan rumah tangga, mawadah wa rahmah bisa dipetik dari peran keduanya, ayah dan ibu. Mereka mampukah menciptakan baiti janati (rumahku surgaku) atau baiti nari (rumahku nerakaku).
Puasa mengajarkan keindahan saat sahur dan buka puasa bersama, dan tidak musti harus di rumah yang besar atau mewah. Keadaan rumah walaupun sederhana, kecil, tapi kalau bersih dan membuat betah keluarga di rumah, penanda adanya keharmonisan rumah tangga.
Pada hakikatnya, nilai lelaki dan perempuan sama di hadapan Allah SWT. Gusti Allah melihat hamba-Nya sama. Siapa orang yang berbuat baik, laki-laki maupun perempuan dan orang itu beriman, maka akan diberi kehidupan yang bagus, akan diberi ganjaran yang bagus, tidak dibeda-bedakan.
Perempuan, kata mantan anggota DPRD Brebes, juga sama, dalam berpuasa. Hanya saja, perempuan tidak lengkap puasanya karena fitrahnya berupa halangan menstruasi. Tapi untuk hari yang lain harus diganti.
“Di sinilah pentingnya puasa bagi perempuan, atau kaum ibu-ibu dengan menjadi pelayan yang terbaik, penuh keikhlasan, kegembiraan dan pengabdian untuk meraih derajat takwa, mendapatkan surga-Nya.” (Wasdiun/Alhafiz K)
Terpopuler
1
LBH Ansor Terima Laporan PMI Terlantar Korban TPPO di Kamboja, Butuh Perlindungan dari Negara
2
Dukung Program Ketahanan Pangan, PWNU-HKTI Jabar Perkenalkan Teknologi Padi Empat Kali Panen
3
Menbud Fadli Zon Klaim Penulisan Ulang Sejarah Nasional Sedang Uji Publik
4
Guru Didenda Rp25 Juta, Ketum PBNU Soroti Minimnya Apresiasi dari Wali Murid
5
Kurangi Ketergantungan Gadget, Menteri PPPA Ajak Anak Hidupkan Permainan Tradisional
6
Gus Yahya Sampaikan Selamat kepada Juara Kaligrafi Internasional Asal Indonesia
Terkini
Lihat Semua