Daerah

'Ngunduh Mantu' ala NU Sawit Lain dari yang Lain

NU Online  ·  Selasa, 10 Januari 2017 | 12:01 WIB

Boyolali, NU Online
Istilah ngunduh mantu biasanya identik dengan acara pernikahan. Pada pernikahan adat Jawa, setelah penyelenggaraan upacara pernikahan yang dilaksanakan di rumah keluarga mempelai wanita, beberapa hari kemudian oleh pihak keluarga mempelai pria diadakan upacara mboyong temanten, Ngunduh temanten atau ngunduh mantu.

Upacara ngunduh mantu yang dilakukan oleh orang tua mempelai pria di rumahnya dengan mendatangkan kedua pengantin dan keluarga mempelai wanita ini diselenggarakan sebagai ungkapan rasa syukur atas keberhasilannya dalam memperoleh menantu yang sesuai harapan dan idamannya.

Namun, hal yang berbeda terlihat saat acara ngunduh mantu yang diadakan Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Sawit. Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Ahad (8/1).

Tak ada mempelai pria maupun wanita. Karena ini memang bukan acara pernikahan, melainkan acara silaturahim dan pengumpulan sedekah jariah dalam rangka pembangunan gedung SD NU Terpadu Boarding School, yang berlokasi di Desa Gombang.

Meski tak ada sepasang pengantin di depan, dalam acara yang dikemas dengan ngunduh mantu ini berjalan meriah. Para tamu yang datang, silih berganti, mengalir seperti air, mulai pagi hingga malam. Layaknya acara ngunduh mantu mereka memasukkan amplop sumbangan ke dalam kotak yang telah disediakan.

Ketua panitia, Inpurwanta, berharap dari acara ini, pembangunan SD NU pertama di Sawit dapat segera terwujud. “Acara ini dilaksanakan dalam rangka penggalian dana pembangunan SD NU Terpadu Boarding School yang hingga saat ini pembangunannya baru dapat 45% dan membutuhkan bantuan dana yang besar,” terang Inpur, yang juga Sekretaris MWCNU Kecamatan Sawit itu.

Turut hadir dalam acara tersebut, Kepala Disdikpora Kabupaten Boyolali Fathurrohman. Dalam sambutannya, ia mengapresiai berdirinya SD NU Terpadu Boarding School, yang telah diinisiasi masyarakat Sawit ini. (Ajie Najmuddin/Abdullah Alawi)