Daerah

Nahdliyin Wajib Jaga Marwah NU

Sel, 4 Agustus 2020 | 02:00 WIB

Nahdliyin Wajib Jaga Marwah NU

Sekretaris PCNU Jember, Jawa Timur dua periode, H Mohammad Fachrur Rozi. (Foto: NU Online/Aryudi AR )

Jember, NU Online
Konon, sebuah kerajaan membangun istana yang megah. Saat peresmian, sang raja mengundang para pejabat penting, arsitektur, dan banyak tokoh dengan beragam keahlian masing-masing, terutama yang  terkait dengan pembangunan. Si raja pun bertanya kepada hadirian: “Bagaimana dengan gedung ini, bagus?”


Hadirin  menjawab: “Bagus tidak ada cela sedikitpun, bagus.” Dan raja pun bangga berlipat-lipat.


Namun tiba-tiba di luar gedung, ada seorang gembel yang mau masuk, namun dihalangi oleh pengawal raja. Setelah dikonsultasikan dengan raja, si gembel akhirnya diperkenankan masuk gedung.


Sebelum dia kerkata-kata, raja mengajukan pertanyaan yang sama seperti yang dilontarkan kepada hadirin, yaitu terkait keagungan dan  keindahan istana.


“Betul, bagus, tapi sayang sebentar lagi tuan akan meninggal dunia, dan gedung ini tak akan berarti apa-apa,” jawab si gembel. Dan raja pun terbelalak dibuatnya.


Cerita tersebut diungkap oleh H Mohammad Fachrur Rozi saat memberikan taushiyah dalam syukuran pHalaman Kantor  Pengurus Cabang (PCNU) Jember, Jawa Timur, Senin (3/8) malam. Menurutnya, cerita tersebut adalah penggalan taushiyah yang disampaikan oleh almarhum KH Khotib Umar saat peresmian kantor PCNU Jember tahun 1994.


“Intinya almarhum Kiai Khotib ingin menyampaikan pesan (dengan cerita itu) bahwa betapapun mewahnya gedung dibangun  dan segala harta kekayaan dimiliki, tidak akan dibawa mati kecuali gedung atau harta benda itu dipergunakan untuk kebaikan,” urai H Fachrur, yang juga mantan Sekretaris PCNU Jember dua periode itu.


H Fachrur menegaskan bahwa gedung PCNU Jember yang dibangun dengan susah dan berdiri kokoh hingga kini, betul-betul  dimanfaatkan untuk kepentingan ‘pengendalian’ organisasi dan  bermanfaat bagi pelayanan umat.


“Banyak juga tokoh-tokoh hebat yang lahir dan digodok di kantor ini,” ungkapnya.


Kepala Kementerian Agama Kabupaten Lumajang itu juga bercerita betapa para kiai dan pengurus NU  dulu sangat menjaga marwah NU. Ia lalu mengisahkan bahwa di awal-awal berdirinya Kantor NU Jember, pernah Bupati Jember, Priyanto Wibowo menawarkan meubeler dan peralatan kelengkapan kantor lainnya. Tapi  para kiai menolak dengan halus.


“Bukan tidak boleh menerima bantuan, tapi beliau-beliau ingin berjuang sendiri untuk NU. Jadinya marwah NU tidak terusik. Kita semua dan Nahdliyin wajib menjaga marwah NU. Dan alhamdulillah sampai hari ini marwah NU masih terjaga,” terangnya.


Wakil Ketua PCNU Jember,  Gus Robith Qashidi menekankan pentingnya terus ditanamkan kecintaan kepada NU. Sebab NU didirikan oleh para ulama yang merupakan warotsatul ambiya (pewaris para nabi).


“Kalau untuk kepentingan NU, jangan pernah berpikir dua kali,” katanya saat memberikan sambutan.


Sementara itu, Sekretaris Lesbumi Jember, H Sanusi Muchtar Fadilah menyatakan, riak-riak politik menjelang Pilkada Jember tak jarang  menimbulkan ketegangan yang berpotensi menjadi sumbu pendek untuk menyulut  perpecahan di tengah-tengah masyarakat. Diakuinya, ketegangan juga kadang terjadi di antara pengurus NU dan simpul-simpul NU yang lain.


“Namun ketegangan di NU cepat habis. Paling hanya tegang di media sosial. Kalau jumpa di darat kayak gini, tidak ada ketegangan apapun,” ujarnya.


Sekadar diketahui, pemasangan paving seluas 700.M2 itu menelan dana Rp40 juta. Dana itu berasal dari urunan kader NU yang tergabung dalam grup WhatsApp 'Pergerakan Aswaja'. Anggota grup itu berasal dari kader NU yang bemacam-macam latar belakangnya. Ada yang  menjadi pengurus NU, Aparatur Sipil Negara (ASN), wiraswasta,  pengusaha, politisi dari beragam partai politik, dan ada yang tidak berafiliasi kepada partai politik apapun.


Pewarta: Aryudi AR
Editor: Abdul Muiz