Daerah

Mustasyar NU Garut Jelaskan Pentingnya Belajar dari Akhlak Nabi Ibrahim

Jum, 30 Juni 2023 | 15:30 WIB

Mustasyar NU Garut Jelaskan Pentingnya Belajar dari Akhlak Nabi Ibrahim

Ilustrasi Nabi Ibrahim. (Foto: NU Online).

Garut, NU Online
Mustasyar PCNU Garut KH Aceng Aam Umar 'Alam menjelaskan tentang pentingnya belajar dari akhlak Nabi Ibrahim as. Menurutnya, sebagai seorang pemimpin, ayah, dan rasul, Nabi Ibrahim tidak menggunakan hal tersebut sebagai atribut untuk langsung menyembelih Nabi Ismail sebagaimana wahyu yang diterimanya.

 

Dijelaskan Aceng Aam, sapaan akrabnya, Nabi Ibrahim menggunakan akhlakul karimah dengan cara mengajak dialog Nabi Ismail dengan tutur kata yang baik dan juga penuh kasih sayang untuk mengetahui pendapat putranya terhadap wahyu yang diterima oleh ayahnya tersebut. Ia pun menirukan dialog keduanya.

 

"Wahai putra Bapak, Bapak menerima wahyu dari Allah untuk menyembelihmu, bagaimana pendapatmu atas wahyu yang Bapak terima?" ujar Aceng Aam di Komplek Pesantren Fauzan Kp. Fauzan RT/RW 05/05 Desa Sukaresmi Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Garut, Jawa Barat, Kamis (29/6/2023).

 

Begitu pula Nabi Ismail, sebagai putra yang saleh, ia menjawab dengan tutur kata yang sopan atas pertanyaan tentang wahyu yang harus dilaksanakan oleh ayahnya tersebut.

 

"Wahai Bapak, Bapak diciptakan oleh Allah dan saya pun demikian, laksanakanlah, Insyaallah saya termasuk orang-orang yang sabar," jawab Nabi Ismail yang diucapkan Aceng Aam.

 

Karena akhlak tersebut, Sesepuh Pondok Pesantren Fauzan ini menyebut nama Nabi Ibrahim diabadikan dalam bacaan shalat yaitu Shalawat Ibrahim.

 

Aceng Aam juga menceritakan pengalamannya, saat masih kecil ia selalu diajak ke mesjid oleh ayahnya sebagai bentuk uswatun hasanah. Menurutnya, dampak uswatun hasanah akan berbeda dengan hanya sebatas nasihat.

 

Aceng Aam pula berpesan kepada seluruh keluarga besar Pondok Pesantren Fauzan untuk menjadikan akhlakul karimah sebagai ciri khas keluarga dan santri Pondok Pesantren Fauzan. Ia menjelaskan, kemuliaan seseorang tidak dilihat dari status, jabatan, keturunan, orang tua atau anak, warna kulit dan sebagainya.

 

“Allah memandang setiap manusia yang mulia adalah mereka yang paling bertaqwa. Terutama manusia yang memiliki akhlakul karimah dalam berbicara dan ringan tangan (dermawan),” jelasnya.

 

Ia menegaskan bahwa jabatan dan keturunan tidak menjadi jaminan seseorang bisa selamat dari kejahatan yang diperbuat karena adanya keadilan hukum. Hal ini telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad bahwa seandainya putri Rasulullah mencuri, maka Rasulullah sendiri yang akan memotong tangannya.

 

Selain itu, Aceng Aam juga berpesan untuk menghindari hubbun dunia (cinta kepada dunia), karena cikal bakal kerusakan adalah hubbun dunia. Sehingga ia tegaskan agar keluarga besar Pondok Pesantren Fauzan untuk selalu melihat ke atas dalam hal keilmuan dan amal saleh. Sedangkan dalam hal duniawi ia mengajak untuk melihat mereka yang ada di bawah kita.

 

Kontributor:  Muhammad Salim
Editor: Aiz Luthfi