Mustasyar MWCNU Wonoasih KH Hasan Masy’ari Wafat
NU Online · Senin, 28 Januari 2013 | 02:26 WIB
Probolinggo, NU Online
Keluarga besar Pesantren Nurul Hasan Kelurahan Kedungasem Kecamatan Wonoasih Kota Probolinggo berduka. Pasalnya pengasuh pesantren tersebut KH. Hasan Masy’ari yang juga tercatat sebagai Mustasyar Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kecamatan Wonoasih wafat pada usia 90 tahun, Jum’at (25/1) sore.
<>
Meninggalnya salah satu pejuang NU ini membuat sebagian besar warga nahdliyin Kota Probolinggo merasa kehilangan. Sejak kabar duka tersebut tersebar, di rumah duka banyak masyarakat yang datang takziah untuk menyampaikan ucapan belasungkawa sekaligus membacakan tahlil.
Almarhum meninggalkan seorang istri, Hj. Su’adah dan lima orang anak yang terdiri dari tiga anak laki-laki dan dua anak perempuan. Bahkan anak keduanya Za. Rofiq kini dipercaya menjabat sebagai Sekretaris MWC NU Kecamatan Wonoasih.
Za. Rofiq mengatakan KH. Hasan Masy’ari menghembuskan napas terakhir pada pukul 14.30 WIB di rumah duka. Usai disholatkan, selepas Isya’ sekitar pukul 19.00 WIB, jenazah almarhum langsung dimakamkan di komplek pemakaman keluarga besar Pesantren Nurul Hasan.
”Selain karena sudah sepuh, ayah saya meninggal dunia juga karena penyakit paru-paru yang sudah lama dideritanya. Bahkan sebelum meninggal, almarhum pernah diopname di rumah sakit hingga enam kali. Dua bulan terakhir penyakitnya bertambah parah dan ayah hanya bisa terbaring di tempat tidur hingga tutup usia,” jelasnya.
Menurut Rofiq, meninggalnya KH. Hasan Masy’ari meninggalkan kesedihan yang mendalam bagi keluarganya. Pasalnya, almarhum dikenal sangat menyayangi keluarga. Selain itu, ayahnya juga dikenal sebagai tokoh NU yang sangat gigih bahkan sangat peduli pada bidang pendidikan. Hal ini dibuktikan dengan didirikannya Madrasah Ibtidaiyyah (MI) di Desa Warujinggo Kecamatan Leces dan Pesantren Nurul Hasan di Kelurahan Kedungasem.
”Kami sekeluarga sangat bangga dengan apa yang telah dilakukan ayah semasa hidupnya. Beliau adalah pejuang NU yang tidak kenal menyerah. Bahkan sejak keluar dari Pesantren Zainul Hasan Genggong tahun 1952 silam, beliau sudah aktif di NU Kota Probolinggo,” terangnya.
Sementara Ketua Tanfidziyah MWCNU Kecamatan Wonoasih Hasin mengatakan, NU turut berduka cita atas meninggalnya salah satu pejuang NU yang juga ulama karismatik Kota Probolinggo. “Semoga segala amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT serta dimaafkan segala kekhilafannya. Selain penyabar, beliau juga senang berkolaborasi dengan masyarakat dan berjuang untuk membesarkan NU di Kota Probolinggo,” ujarnya.
Redaktur : Mukafi Niam
Kontributor : Syamsul Akbar
Terpopuler
1
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
2
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
3
PBNU Buka Suara Atas Tudingan Terima Aliran Dana dari Perusahaan Tambang di Raja Ampat
4
Fadli Zon Didesak Minta Maaf Karena Sebut Peristiwa Pemerkosaan Massal Mei 1998 Hanya Rumor
5
Israel Serang Militer dan Nuklir Iran, Ketum PBNU: Ada Kegagalan Sistem Tata Internasional
6
Presiden Pezeshkian: Iran akan Membuat Israel Menyesali Kebodohannya
Terkini
Lihat Semua