Daerah HARLAH KE-75 MUSLIMAT NU

Muslimat-Fatayat NU di Trenggalek Diharap Tingkatkan Khidmah Nahdliyyah

Sab, 3 April 2021 | 13:30 WIB

Muslimat-Fatayat NU di Trenggalek Diharap Tingkatkan Khidmah Nahdliyyah

Suasana Harlah Muslimat-Fatayat NU Pule, Trenggalek, Jawa Timur (Foto : NU Online/MK)

Trenggalek, NU Online
Tidak semua orang dapat kesempatan ber-Fatayat atau ber-Muslimat. Bahkan, untuk sekedar senang atau suka dengan organisasi perempuan Nahdlatul Ulama ini saja mereka tidak punya hidayah atau petunjuk untuk melakukannya. Oleh karena itu, seluruh kader Fatayat-Muslimat NU harus meningkatkan khidmah nahdliyyah (layanan ala NU).  


Ketua Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kecamatan Pule, M Yusuful Hamadani, mengatakan hal tersebut dalam peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-75 Muslimat NU dan ke-71 Fatayat NU yang berlangsung di Sekretariat Kantor Majelis Wakil Cabang (MWC) NU Pule, Trenggalek, Jawa Timur, Jumat (2/4). 


“Kader Fatayat dan Muslimat sangat beruntung karena bisa berkhidmat di NU,” kata Gus Yusuf dalam acara yang diinisiasi Pimpinan Anak Cabang (PAC) Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) dan PAC Fatayat NU Kecamatan Pule ini.



Gus Yusuf, sapaan akrabnya, mengatakan bahwa pondasi dasar yang membedakan Muslimat NU dan Fatayat NU dengan organisasi lain adalah uswah-nya. Ia berpesan agar menjadikan khidmah nahdliyyah ini sebagai jalan untuk menambah nilai amal diri.


“Amal paling gampang untuk meningkatkan amal kita adalah melalui orang lain, bukan dari diri kita. Kalau kita ingin punya poin kesempurnaan, maka kita harus ajak orang lain berbuat baik,” terangnya. 


Menurut Gus Yusuf, cara untuk bisa menjadi etalase di setiap daerahnya adalah dengan menjadi figur yang baik. Karena, perspektif orang akan menilai dari apa yang mereka lihat dari diri kita sendiri. “Orang-orang akan melihat NU sebagaimana kalian (Muslimat-Fatayat) sajikan pada lingkungan tersebut,” jelasnya.


Terkadang, seorang pemimpin yang menempati garda terdepan akan lebih mudah menghancurkan organisasi tersebut dengan sosoknya yang tidak dapat dicontoh. “Kita kelihatan gigih. Tapi, tidak sadar kita yang menghancurkan dari dalam, hanya karena nggak uswah,” tandasnya.
 

Teladan perempuan
Hal lain yang membedakan NU dengan ormas lain, lanjut dia, adalah perintahnya untuk memberi contoh atau teladan, bukan sekedar mengajak secara lisan. Namun, diwujudkan secara nyata dalam tindakan. Oleh karena itu, Fatayat-Muslimat harus menjadi teladan perempuan.


"Yang membedakan adalah, NU mempunyai dasar amar ma’ruf nahi munkar. Ketika ada yang membuat kesalahan, berilah sentuhan hikmah. Jangan langsung didalili. Kalau sudah tersentuh, maka kasih tau, kasih pengertian,” ujar Gus Yusuf.


Menurutnya, di organisasi NU kita sebagai etalase atau pajangan. Dengan istilah pajangan itulah ia berpendapat bahwa, di organisasi juga diperlukan ‘pamer’ atau syiar terhadap segala macam kegiatan.


"Di organisasi, semua kegiatan harus didesain menjadi uswah. Agar orang tertarik, sesuaikan dengan kaidah Muslimat NU dan Fatayat NU. Prinsip dasar kebaikan itu bila dibawa dengan tepat maka akan indah. Kalau tidak tepat cara menyuguhkannya ya buruk,” terangnya.


Gus Yusuf menambahkan, momen harlah kali ini menjadi momentum musahabah. Sejauh mana Muslimat-Fatayat telah berjuang dan berkontribusi untuk NU. Terkait jumlah, berapa kader yang bergabung ke organisasi perempuan NU ini. “Pesan saya, jangan sampai kita bosan dan berhenti (ber-NU) hingga nyawa kita benar-benar hilang, entah jadi pengurus atau tidak,” tandasnya.


Ketua PAC Muslimat NU Pule, Suyatun, dalam kesempatan tersebut mengatakan bahwa kegiatan yang diikuti PAC dan Pimpinan Ranting (PR) Muslimat NU dan Fatayat NU ini bertujuan untuk menggugah rasa kesyukuran Muslimat dan Fatayat sebagai Nahdliyin.


“Saya kira, setiap pencapaian program oleh masing-masing periode kepengurusan merupakan rangkaian yang tidak terpisahkan sejak awal berdiri sampai sekarang. Semuanya merupakan puzzle yang membentuk potret Muslimat maupun Fatayat NU saat ini," kata dia.


Kontributor: Marisa Khoirila
Editor: Musthofa Asrori