Sumenep, NU Online
Siapapun, yang memiliki kesadaran tinggi dalam beragama, pasti mengamini bahwa shalat menjadi penentu utama dalam hidup, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Lantaran shalat, hidup manusia akan mampu dijalani dengan tenang, dan rahmat Allah akan mengalir dalam hati dan segenap jiwanya. Sehingga, wajar manakala ibadah shalat menjadi perintah yang sangat ditekankan oleh Nabi Muhammad SAW.<>
Pentingnya shalat dalam kehidupan umat Islam sebagaimana diurai di atas, menjadi bahan siraman rohani yang disampaikan Pengasuh Pesantren Kembang Pamungkas, Sumenep, Kiai Ismail dalam acara peringatan Maulid Nabi di Pondok Pesantren An-Nusyur, Aeng Panas, Pragaan, Sumenep, Rabu (2/1) malam.
Acara yang ditempatkan di halaman lembaga pendidikan Pondok Pesantren An-Nusyur tersebut dihadiri oleh 200-an wali santri dari tingkat RA sampai MA, alumni An-Nusyur, dan para tokoh masyarakat di sekitar An-Nusyur. Para santri yang mengenyam pendidikan dari RA sampai MA di An-Nusyur pun memadati tempat acara yang luasnya berkisar 3 kali lipat halaman basket.
“Kalau shalat kita mau diterima oleh Allah, maka kita harus melakukan 5 hal. Yakni: tidak mempunyai sifat dengki, tidak sombong (takabbur), tidak melakukan sesuatu yang membatalkan shalat, sesuai dengan syarat dan rukun yang telah ditetapkan, dan mengetahui zat Allah,” ujar Kiai Ismail yang didengarkan secara khidmat oleh hadirin.
Yang dimaksud ‘mengetahui zat Allah’ tersebut ialah mengacu konsep al-Ihsan, hedaknya kita dalam shalat merasakan kehadiran Allah, tapi kalau tidak bisa, kita harus percaya dan yakin bahwa Allah ‘melihat’ kita.
Di samping itu, Kiai Ismail juga mengulas tentang kesempurnaan berwudlu’ sebagai syarat sahnya shalat. Menariknya, penjelasannya tentang wudlu’ tidak hanya mengacu pada hal-hal yang sudah biasa diulas dalam kitab-kitab fikih.
“Bagi saya, sempurnanya wudlu’ itu tidak cukup sebagaimana yang diterangkan dalam kitab-kitab fikih. Itu hanya sah secara dzahirnya saja. Dari itulah saya membagi kesempurnaan wudhu’ itu pada 3 hal: mewudlu’i hati, mewudlu’i badan tanpa air, dan mewudlu’i badan dengan air,” jelasnya dengan memakai bahasa Madura.
Dan shalat dari seorang Rentenir, tambah Kiai Ismail, tidak diterima oleh Allah karena pakaian dan makanan yang dia makan serta dia gunakan mengandung unsur riba. Tampaknya, persoalan rentener ini disinggung oleh Kiai Ismail karena di masyarakat pedesaan juga sudah mulai menjadi tradisi pinjam uang kepada Rentener. Sehingga, tak sedikit masyarakat yang hidupnya terkubang dalam jeratan hutang.
“Selain itu, seorang suami yang berbuat kasar kepada istrinya sebab kearoganannya, maka itu mengurangi pahala shalat dan bahkan shalatnya itu bisa tidak diterima, “tegasnya.Sebagai tambahan, Kiai Ismail juga menyinggung tentang kecenderungan manusia mengincar 3 hal dalam hidup. Dan ketiga hal tersebut, tanpa dibalut dengan nilai-nilai keislaman serta keberimanan yang kuat, hanya akan membuat manusia celaka selamanya.
“Ketiganya adalah harta, tahta, dan laki-laki atau wanita,” tandasnya.
Redaktur : Syaifullah Amin
Kontributor : Hairul Anam
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Inilah Obat bagi Jiwa yang Hampa dan Kering
2
Khutbah Jumat: Bahaya Tamak dan Keutamaan Mensyukuri Nikmat
3
Khutbah Jumat: Belajar dari Pohon Kurma dan Kelapa untuk Jadi Muslim Kuat dan Bermanfaat
4
PBNU Tata Ulang Aset Nahdlatul Ulama Mulai dari Sekolah, Rumah Sakit, hingga Saham
5
Kontroversi MAN 1 Tegal: Keluarkan Siswi Juara Renang dari Sekolah
6
Ekologi vs Ekstraksi: Beberapa Putusan Munas NU untuk Lindungi Alam
Terkini
Lihat Semua