Pamekasan, NU Online
Ketua Densus 99Â Habib Nuruzzaman mengatakan, meninggalnya Kepala Satuan Koordinasi Nasional (Kasatkornas) Barisan Ansor Serbaguna (Banser) HAlfa Isnaeni menyisakan kesedihan mendalam.Â
Â
"Utamanya di kalangan Banser. Kendati demikian, kematiannya tergolong mulia dan diambakan oleh siapapun," tegasnya.
Â
Demikian disampaikan saat mengisi materi 'Kawan dan Lawan' dalam Pelatihan Kepemimpinan Lanjutan (PKL) Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, di Pesantren Miftahul Qulub, Polagan, Galis, Pamekasan, Jumat (13/3).Â
Â
Staf Ahli Mabes Polri tersebut menceritakan tentang komitmen kebangsaan dan keberislaman Alfa yang sangat kuat. Segala daya dan kehidupannya selalu dipersembahkan untuk kepentingan bangsa dan agama.
Â
"Sehingga tidak heran beliau wafat dalam keadaan mulia. Mulia karena para kiai dan Banser-Ansor se-Nusantara menyalatinya. Kader Banser yang di daerah menggelar shalat ghaib untuknya. Saya sendiri belum tentu bisa meninggal seperti itu," ujar Habib Zaman.
Â
Kepada segenap peserta PKL GP Ansor, Habib Zaman berpesan untuk meneladani perjuangan Alfa. Utamanya berkenaan dengan ketegasan dalam menyikapi provokasi dari mereka yang berpaham radikal.
Â
Menurut Habib Zaman, para aktivis radikalisme suka memprovokasi bahwa Ansor-Banser itu kecil. Padahal, Ansor-Banser besar dan terbesar di dunia. Itu sengaja dihembuskan oleh mereka agar Ansor-Banser tidak percaya diri, biar di hadapan musuh lemah.Â
Â
"Itu dilakukan karena mereka tidak berani melawan kita, sehingga pilihannya adalah menurunkan kepercayaan diri kepada Ansor dan Banser," tegas Habib Zaman.
Â
Kepada Ansor-Banser, khususnya di Kabupaten Pamekasan, Habib Zaman menginstruksikan untuk melakukan maping atau pemetaan masjid-masjid yang sudah terpapar radikalisme.
Â
"Adakan program bersih-bersih masjid. Lakukan secara istiqamah, pasti akan didukung penuh oleh masyarakat," tegasnya.
Â
Habib Zaman juga berpesan, kader Ansor-Banser agar merebut posisi imam saat berada di masjid umum, utamanya tatkala shalat Subuh.
Â
"Karena kalau mereka yang mengimami, maka qunut akan ditinggalkan. Kita sebagai makmumnya tentu akan kepikiran. Beda kalau jadi imam, maka tradisi an-Nahdliyah bisa lestari," urainya.
Â
Habib Zaman memberikan materi dengan waktu yang cukup panjang, lebih dari dua jam. Peserta PKL yang selama 4 hari jarang tidur karena mengikuti padatnya agenda PKL, tampak khidmat mendengarkannya.
Â
Kontributor: Hairul Anam
Editor: Abdul Muiz