Daerah

Menilik Kemandirian Santri Nurul Islam Ngabang Kalbar

Ahad, 25 September 2022 | 14:00 WIB

Menilik Kemandirian Santri Nurul Islam Ngabang Kalbar

Toko yang dikelola santri di Nurus Islam Ngabang, Kalbar. (Foto: istimewa)

Jakarta, NU Online
Pondok Pesantren Nurul Islam yang terletak di Dusun Pulau Bendu, Desa Hilir Tengah, Kecamatan Ngabang, Kabupaten Landak, Provinsi Kalimantan Barat dikenal dengan kemandirian santrinya. Pengasuh pondok tersebut KH Luqmanul Qosim mengatakan bahwa santri-santrinya sampai saat ini pandai mengelola toko-toko yang disediakan oleh pihak pesantren.


"Selain mengajarkan ilmu agama dan ilmu pengetahuan, pondok kami juga berikhtiar melatih santri santri untuk mandiri, sehingga kami mendirikan beberapa usaha  berupa toko-toko yang dikelola oleh santri kami," ungkap KH Luqman kepada NU Online pada Sabtu, (24/09/2022)


Membuka Akses Jual Beli Lingkungan Sekitar
Keberadaan Pondok Pesantren Nurul Islam yang didirikan tahun 1999 tersebut rupanya membawa peradaban baru di lingkungan pesantren. Pasalnya masyarakat Desa Hilir Tengah dan sekitarnya merasa terbantu akan pemenuhan kebutuhan bahan sandang atau pangan sehari-hari di lingkungannya.


"Alhamdulillah tidak hanya masyarakat pesantren saja yang menjadi konsumen toko-toko pondok kami, tetapi juga masyarakat sekitar serta wali murid yang sedang mengantar anaknya sekolah. Kebetulan lembaga pondok pesantren kami di setiap jenjang ada dari TK, MI, SMP, maupun SMA. Mereka merasa terbantu jika ada kebutuhan yang ingin dibeli," ungkap Kiai Luqman


Adapun usaha yang dimiliki oleh pondok pesantren tersebut meliputi warung makan, toko busana, toko alat tulis, usaha pengisian galon dan usaha laundry.


Konsep Ngaji dan Ngabdi
Kiai Luqman mengungkapkan bahwa santri Pondok Pesantren Nurul Islam selain dilatih untuk belajar ngaji juga mengabdi dengan menjalankan usaha di pondok.


"Kami mengambil konsep di samping santri mengaji, santri juga mengabdi. Tentu jadwal mereka menjalankan usahanya bergantian atau bergulir dengan menyesuaikan jumlah ustadz di dalam pondok kami. Kebetulan ustadz di sini berjumlah 16 ustadz dan santrinya berjumlah 800, sehingga jadwal utama mengaji bergantian," ungkapnya.


Pihak pesantren juga melepaskan sepenuhnya kepada santri dalam proses perputaran belanja modal usaha. Pihak pesantren tidak memantau setiap hari, akan tetapi menurut Kiai Luqman setiap bulannya santri mampu melaporkan dengan rapi terkait penyusunan laporan tersebut.


Hasil Usaha untuk Santri, Lembaga dan Kaum Dhuafa
KH Luqmanul Qosim memaparkan bahwa hasil dari usaha yang dikelola santri dialokasikan untuk kebutuhan pendidikan santri, lembaga, dan kaum dhuafa yang berada di Desa Hilir Tengah Kecamatan Ngabang.


"Jadi yang melakukan usaha santri, ya hasilnya untuk mereka juga, untuk biaya pendidikan, untuk pembangunan pesantren dan tidak lupa juga kami sisihkan untuk kaum dhuafa dan yatim di sekitar pondok kami," ungkap Kiai Luqman.


Ia sangat berharap santri Pondok Pesantren Nurus Islam selain pintar mengaji juga memiliki skill dalam berdagang seperti yang dilakukan oleh Rasulullah saw dahulu.


"Kami berikhtiar selain santri pintar mengaji, santri juga pintar berdagang seperti Rasulullah. Dan kami berharap santri-santri kami mampu bertanggung jawab serta kelak mampu mengelola perdagangan dengan baik, sehingga tidak hanya bermanfaat untuk diri mereka, namun untuk yang lain juga," pungkasnya.


Kontributor: Siti Maulida
​​​​​​​Editor: Kendi Setiawan
Â