Mengenang Kedermawanan Ki Ageng Gribig Jatinom
NU Online · Kamis, 3 Januari 2013 | 00:10 WIB
Klaten, NU Online
Pada penghujung tahun 2012, atau bertepatan dengan bulan Safar menurut penanggalan Hijriah, masyarakat Jatinom menggelar tradisi perayaan Yaqowiyu. Acara tersebut setiap tahunnya digelar untuk mengenang sebuah karamah seorang ulama (ada pula yang menyebut beliau sebagai wali) di daerah tersebut, yakni Ki Ageng Gribig.
<>
Syahdan, sepulang perjalanan sang wali dari Tanah Suci, beliau membawa oleh-oleh 3 buah penganan. Sayangnya saat akan dibagikan kepada penduduk, jumlahnya tak memadai. Bersama sang istri, ia pun kemudian membuat kue sejenis apem. Kue-kue inilah yang kemudian disebarkan kepada penduduk setempat, yang berebutan mendapatkannya.
Sambil menyebarkan kue-kue ini, iapun meneriakkan kata Ya Qowiyyu, yang artinya “Tuhan, Berilah Kekuatan". Penganan ini kemudian dikenal dengan nama apem, saduran dari bahasa Arab Affan, yang bermakna “ampunan”. Tujuannya, agar masyarakat selalu memohon ampunan kepada Sang Pencipta. Sejak saat itu, tepatnya sejak tahun 1589 M, Ki Ageng Gribig selalu melakukan hal tersebut. Ia pun mengamanatkan kepada masyarakat Jatinom saat itu, di setiap Bulan Safar agar memasak sesuatu untuk disedekahkan kepada mereka yang membutuhkan.
Peristiwa inilah yang kemudian diabadikan dalam tradisi Yaqawiyu, yang dihelat rutin setiap bulan Safar. Masyarakat setempat menjalankan amanat dari Ki Ageng Gribig dengan membagikan apem dalam jumlah besar kepada para pengunjung dari berbagai daerah Jatinom dan sekitar. Hingga sekarang tradisi tersebut masih digelar dan animo para pengunjung juga cukup besar untuk memperebutkan apem yang disebar.
Tentang profil Ki Ageng Gribig yang memiliki nama asli Wasibagno Timur atau Syekh Wasihatno, beliau seorang ulama besar yang memperjuangkan Islam di pulau Jawa, tepatnya di Desa Krajan, Jatinom, Klaten. Ada yang menyebut beliau berasal dari rombongan ulama dari maghrabi (Maroko), ada pula versi lain yang menyebutnya masih keturunan Prabu Brawijaya V.
Ki Ageng Gribig memiliki jasa besar pada Kerajaan Mataram. Hingga Sultan Agung bermaksud untuk mengangkat Ki Ageng Gribig sebagai Bupati Nayaka. Namun, Ki Ageng Gribig tidak bersedia dan lebih memilih menjadi ulama dari pada jadi pejabat.
Redaktur : Mukafi Niam
Kontributor: Ajie Najmuddin
Terpopuler
1
Saat Jamaah Haji Mengambil Inisiatif Berjalan Kaki dari Muzdalifah ke Mina
2
Belasan Tahun Jadi Petugas Pemotongan Hewan Kurban, Riyadi Bagikan Tips Hadapi Sapi Galak
3
Meski Indonesia Tak Bisa Lolos Langsung, Peluang Piala Dunia Belum Pernah Sedekat Ini
4
Cerpen: Tirakat yang Gagal
5
Jamaah Haji Indonesia Diimbau Tak Buru-buru Thawaf Ifadhah, Kecuali Jamaah Kloter Awal
6
Jamaah Haji Indonesia Bersyukur Tuntaskan Fase Armuzna
Terkini
Lihat Semua