Daerah

Melihat Ikhtiar Warga Menjaga Pesantren dan NU di Mimika

Sen, 7 Desember 2020 | 08:00 WIB

Melihat Ikhtiar Warga Menjaga Pesantren dan NU di Mimika

Rutinan Pengajian Kitab Kuning Ahad Legi Pagi (Ahli) di Masjid Nurul Hikmah Pondok Pesantren Darussalam Mimika, Papua. (Foto: Istimewa)

Mimika, NU Online
Pesantren dan Nahdlatul Ulama (NU) ibarat dua mata uang yang tidak bisa dipisahkan supaya tetap mempunyai nilai tukar. NU adalah pesantren besar, dan pesantren adalah ruh bagi jamiyah. Sementara itu ruh pesantren adalah mengaji dan mengabdi.
 
Aneka pengajian masih lestari diselenggarakan sebagai bukti dalam menjaga keberadaan pesantren dan jamiyah, serta kegemaran menyebar ajaran Islam ramah. 
 
Seperti kegiatan rutinan Pengajian Kitab Kuning Ahad Legi Pagi (Ahli) yang digelar di Masjid Nurul Hikmah Pondok Pesantren Darussalam Mimika, Papua pada Ahad (6/12). Keberadaannya sebagai usaha menumbuhkan dan menjaga ruh pesantren ini. 
 
"Kami pengurus pesantren berusaha untuk istikamah dalam menjalankan Ahli ini. Istikamah itu berat sehingga wajar jika dikatakan istikamah lebih baik dari seribu karamah," kata Ustaz Iswahab. Dirinya menyampaikan sambutan selaku ketua bidang sarana dan prasarana pesantren.
 
Acara dilanjutkan dengan membacakan manakib KH M Hasyim Asy’ari atau Mbah Hasyim oleh H Fadlan.  
 
Dijelaskannya bahwa saat ini sudah saatnya jamaah mencontoh kepribadian Mbah Hasyim. 
 
"Pernah ada rombongan ibu Muslimat Surabaya sowan dan menyumbang untuk pesantren beliau. Tidak mau mengecewakan, beliau menerimanya. Saat ibu Muslimat itu pulang, Mbah Hasyim memberi bekal yang jauh lebih banyak sehingga pemberian itu bisa untuk membuka unit pendidikan di sana," terangnya.
 
Acara Ahli kali ini diisi juga dengan ijazahan istighotsah karya KH M Hasyim Asy’ari oleh Ustaz Choirul Anam.
 
"Hadratussyekh Hasyim Asy'ari istikamah dalam berdakwah dari ke desa-desa sebelum mendirikan pesantren. Beliau baru mandito mengasuh pesantren itu umur sekitar 60-an, " terang alumni Pesantren Tebuireng tersebut. 
 
Disampaikan bahwa hal yang lebih ditekankan bagi siapa saja adalah mengaji.  "Pesantren itu dunia, sedangkan ngajinya itu akhirat," jelas dia.
 
Menurut Pengasuh Pesantren Istiqamah Diwek, Jombang ini bahwa Hadratussyekh berprinsip ngaji tidak harus di pesantren, di mana saja bisa ngaji. Bahkan ada yang harus lebih diperhatikan yakni memondokkan desa sebagai lebih penting daripada mendirikan pondok di desa, lanjutnya.
 
Terkait istighotsah disampaikan bahwa ijazah didapat dari almarhum KH Agus Muhammad Zaki Hadzik atau Gus Zaki dari KH  Khaliq Hasyim dari KH Hasyim Asyari. 
 
Dijelaskan bahwa Gus Zaki mendapat ijazah juga dari KH Fachruddin, Pengasuh Pesantren Thoriqul Huda, Cekok, Ponorogo dari KH Khaliq Hasyim dari KH M Hasyim Asyari.
 
Menurutnya, wirid yang berbunyi ‘ya rijalal ghaib’ tersebut merujuk pada arwah para ahli badar dan para ulama. Istighotsah KH Romly Tamim dan KH M Hasyim Asy’ari itu juga merujuk ke ahli badar. Sementara itu, gaya dakwah dengan kelembutan merupakan pijakan NU yang tertuang dalam kata ‘Yaa Hannan’ di istighotsah ini.
 
Sementara itu menurut Ketua Pengurus Pesantren Darussalam Mimika, Ustaz Sugiarso bahwa pesantren ini didirikan oleh Jamaah Istighatsah An-Nahdliyyah Mimika. 
 
"Mungkin saja pesantren ini diizinkan Allah berdiri karena barakahnya istighotsah kita yang dilakukan di berbagai kampung di Mimika ini," ungkapnya.
 
Hadir dalam kegiatan ini, wakil ketua, bendahara, a'wan dan jajaran Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Mimika. 
 
Dan dalam sambutannya, Imam Mawardi selaku Ketua PCNU Mimika mengajak jamaah untuk menjaga persatuan. 
 
"Jangan mudah kena hoaks, gampang share berita tidak jelas. Kita harus pikir dengan matang sebelum share," ajaknya.
 
Acara juga diisi dengan shalawat yang dibawakan oleh santri dan remaja yang tergabung dalam wadah Ahbabul Musthofa Mimika.  
 
Pewarta: Ibnu Nawawi
Editor: Syamsul Arifin