Daerah

Maulid Dirayakan Demi Memohon Negara Aman dan Damai

Sen, 3 Desember 2018 | 09:15 WIB

Depok, NU Online

Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kota Depok, Ustadz Ahmad Solechan mengemukakan bahwa cara berbeda dilakukan warga NU saat demo. Yakni dengan istighotsah, maulid dan bermunajat kepada Allah.


“Yang kita harapkan negara ini aman dan damai. Apalagi menjelang Pemilu April nanti,” katanya saat memberikan sambutan pada peringatan maulid di Yayasan KH Fachruddin Murodi, Sawangan, Kota Depok, Jawa Barat, Ahad (2/12). 


Agar keamanan kondusif, maka hendaknya diserahkan kepada yang berwajib. “Baik TNI maupun kepolisian karena itu menjadi tugas mereka, dan kita dukung sepenuhnya,” ungkapnya.


KH Musthafa Aqiel Siroj saat memaparkan tausiah menganalogikan maulid boleh dilaksanakan dan bukan suatu amalan yang dilarang dalam Islam. 


Dirinya kemudian bercerita peristiwa Isra dimana Malaikat Jibril menyuruh Rasul SAW untuk turun dan shalat dua rakaat. Kemudian Nabi bertanya, wahai Jibril ada apa aku disuruh mengerjakan shalat, tempat apakah ini? Lalu Jibril menjawab bahwa nama tempat ini adalah Beitul Lahem (Beitlehem) tempat di mana Nabi Isa AS dilahirkan. 


“Rasulullah disuruh mengerjakan shalat tidak lain karena memuliakan, menghormati dan tabarrukkan atas tempat dilahirkannya Nabi Isa AS,” ungkapnya. 


Begitu juga dengan saat merayakan maulid, tak lain mengharap ridha Allah SWT dan menghormati karena Nabi SAW dilahirkan pada bulan ini. “Hal itu bentuk dari kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW,” ujar Kiai Musthafa. 


Begitu juga yang harus diteladani bersama adalah akhlak atau perilaku serta sifat Nabi SAW. “Beliau sangat cinta kepada tanah air, dan dakwah ulama NU itu merangkul, bukan memukul, mengajak bukan saling mengejek, lambang NU itu ada bintang sembilan menggambarkan Walisongo yang dakwahnya ramah,” jelas kiai dari Cirebon yang juga merupakan Ketua Majelis Dzikir Hubbul Wathan tersebut.


KH Manarul Hidayah sebagai penceramah kedua berpesan untuk hati-hati dalam memilih guru. “Pilihlah yang mengerti dan benar-benar NU,” katanya.


Dalam pandangannya, selama ini banyak orang salah memilih guru. “Akhirnya mereka melawan orang tua, melawan negara, tidak suka maulidan, tahlilan dan lain-lain,” sergahnya. 


Dirinya juga mengingatkan jamaah untuk menjadikan kiai NU sebagai panutan dalam kehidupan sehari-hari. “Jangan sampai kita memilih kiai yang bukan NU, dan harusnya memilih pemimpin dari kalangan NU,” ujar Kiai Manarul. 


Kegiatan dilanjut pembacaan doa yang dipimpin KH Ilyas sekaligus ditutup oleh Kiai Murodi. (Ibnu Nawawi)