Masyarakat Antusius Sambut Pekan Kebudayaan Aceh
NU Online · Sabtu, 14 Agustus 2004 | 10:48 WIB
Banda Aceh, NU Online
Antusiasme masyarakat menyambut Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) IV yang akan dimuka 21 Agustus di Banda Aceh cukup tinggi.
Humas PKA IV, Drs. Sofyanis kepada wartawan di Banda Aceh, Kamis (12/8), menyatakan bahwa gaung hajatan seni 16 tahunan tersebut semakin bergema ke seluruh Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), sehingga masyarakat menantikan hari pembukaan tersebut.
<>Meskipun pihak panitia mengundurkan hari pembukaan, namun animo masyarakat khususnya yang berasal dari luar Banda Aceh dan Aceh Besar, ingin menyaksikan hajatan budaya terbesar di "tanah rencong" itu cukup tinggi.
Buktinya, pergelaran PKA masih sepekan ke depan, tapi masyarakat dari luar dua daerah itu telah berada di ibukota Provinsi NAD. Sejumlah warga menuturkan, dengan adanya PKA setidaknya rakyat Aceh dapat melestarikan budaya bangsa sendiri. Apalagi kebudayaan Aceh kian terasa terkikis oleh budaya asing yang semakin tidak terbendung lagi akibat kemajuan zaman.
"Setidaknya, dengan berlangsungnya PKA ini generasi muda kita dapat melihat bahwa Aceh masih kaya dengan budaya. Hanya saja kini kebudayaan itu jarang terangkat ke permukaan, akibat pengaruh globalisasi yang kian menipiskan budaya Aceh," ujarnya.
Menurut Sofyanis, gaung PKA kian menggema di daerah itu seiring penetapan tahun 2004 sebagai tahun budaya di Aceh. Ia menambahkan, apapun kritikan masyarakat terhadap PKA itu sendiri, tidak mampu menggoyahkan sasaran pergeralan budaya Aceh tersebut. Pemerintah bermaksud menyelenggarakan PKA ini untuk melestarikan budaya Aceh.
Sementara itu, salah seorang warga asal Kabupaten Aceh Selatan, Aslinur, mengakui bahwa jauh-jauh hari sudah menunggu pelaksanaan PKA tersebut. Selama ini ia merasa budaya Aceh tidak lagi menjadi tuan rumah di negeri sendiri, karena pengaruh budaya asing sangat kental merasuki generasi muda.
Untuk itu, Aslinur mengharapkan dengan adanya pelaksanaan PKA, setidaknya generasi muda dapat melihat bahwa Aceh kaya akan budaya yang tidak kalah dengan kebudayaan asing.
"Setidaknya kaum muda dapat melihat bahwa kita bangsa berbudaya," sebutnya. Menyangkut rentang waktu penyelenggaraannya, Aslinur mengharapkan pemerintah daerah dapat memperpendek periodenya, tidak menunggu belasan tahun lamanya.
Rentang waktu selama itu, tentunya dapat menghilangkan rasa budaya masyarakat Aceh sendiri. Apalagi, katanya, hegemoni terhadap budaya Aceh sangat kentara seiring kemajuan dunia yang kini tanpa batas lagi.
“Paling tidak, periode penyelenggaraannya lima tahunan. Ditambah lagi, kini PKA memiliki lokasi dan bangunan permanen di Taman Sri Ratu Safiatuddin," ujarnya.(kd-mtd)
Terpopuler
1
Kemenag Tetapkan Gelar Akademik Baru untuk Lulusan Ma’had Aly
2
LKKNU Jakarta Perkuat Kesehatan Mental Keluarga
3
Mahasiswa Gelar Aksi Indonesia Cemas, Menyoal Politisasi Sejarah hingga RUU Perampasan Aset
4
3 Alasan Bulan Kedua Hijriah Dinamakan Safar
5
Anggapan Safar sebagai Bulan Sial Berseberangan dengan Pandangan Ulama
6
Kopri PB PMII Luncurkan Beasiswa Pendidikan Khusus Profesi Advokat untuk 2.000 Kader Perempuan
Terkini
Lihat Semua