Daerah

Masjid Tegalsari Dibangun 40 Punggowo Putih

NU Online  ·  Jumat, 14 Juni 2013 | 04:00 WIB

Solo, NU Online
Apabila Anda pergi ke Kota Solo, Masjid Tegalsari Laweyan Surakarta layak untuk dikunjungi. Masjid yang terletak di Jl Dr Wahidin Laweyan ini dibangun punggowo putih. Disebut demikian karena tukang bangunannya, disyaratkan tirakat poso mutih.
<>
KH. Abdul Rozaq Shofawi, Pengasuh Pesantren Al Muayyad Solo mengisahkan, bahwa Keraton Solo mengizinkan pendirian masjid Tegalsari dengan mensyaratkan hal tersebut.

”Harus ada 40 punggowo putih. Maksudnya harus ada 40 orang yang disuruh tirakat (puasa mutih) selama 40 hari,” terangnya, beberapa waktu lalu.

Puasa mutih yaitu tidak makan yang bernyawa misalnya daging, telur atau susu. Jadi hanya makan nasi dan garam. Puasa 40 hari ini sama dengan tafaul kepada Nabi Musa. Tujuan dari tirakat (toriqoh) yang merupakan jalan menuju ma’rifat adalah agar masjid berdiri kokoh, barokah untuk semua umat.

Selain itu, masjid swasta pertama di Solo ini juga dibangun dengan 3 syarat, yaitu : Dilarang mencari dana dengan mengeluarkan surat edaran ke manapun, harus dibiayai sendiri (prinsip mandiri), dan bila ada dermawan lain memberi bantuan supaya diterima, tetapi tidak usah meminta bantuan. Hal ini dipegang teguh dalam pendirian masjid sampai selesai. Dana-dana yang masuk harus halal.

Akhirnya, pada tahun 1928 masjid ini berdiri. Sampai sekarang masjid yang dibangun dengan 40 punggowo putih ini masih berdiri megah. Masjid ini menajdi pusat agama Islam di daerah Surakarta, khususnya di daerah Laweyan dan sekitarnya.


Redaktur     :  Abdullah Alawi
Kontributor :  Ajie Najmuddin