Daerah

Marak, Lebaran Ketupat Durenan Trenggalek

NU Online  ·  Ahad, 21 November 2004 | 09:31 WIB

Trenggalek, NU Online
Lebaran ketupat di Kecamatan Durenan, Trenggalek, Jatim, Ahad (21/11) tetap saja marak. Ribuan pengunjung dari dalam dan luar daerah tumplek blek membanjiri wilayah kecamatan paling timur kabupaten yang dua pertiga wilayahnya berupa pegunungan itu. Saking banyaknya arus kendaraan membuat arus lalu lintas sempat terganggu, terutama de sekitar perempatan Pasar Durenan.

Geliat lebaran ketupat Durenan gaungnya sudah mulai terasa sejak pukul 06.00 WIB. Semakin siang, suasana bertambah marak. Ratusan kendaraan bermotor hilir mudik di ruas-ruas jalan. Bahkan, pengunjung berombongan yang naik mobil pik up maupun truk juga banyak berseliweran. Untung, aparat kepolisian maupun Hansip dikerahkan untuk menertibkan kelancaran arus lalu lintas. Puncak keramaian berlangsung antara pukul 10.00 WIB hingga pukul 12.00 WIB.

<>

Rumah-rumah warga juga nampak tamu berdatangan silih berganti untuk silaturrohmi. Tak terkecuali kediaman KH Abdul Fattah Muin di Desa Durenan yang merupakan cikal bakal berkembangnya lebaran ketupat di Durenan. ''Sejak Sabtu malam, rumah saya sudah dipadati tamu. Dua jam lebih, malam itu saya menerima tamu,'' ujar KH Abdul Fattah Muin ditemui di rumahnya, Ahad (21/11) pagi.

Namanya lebaran ketupat. Setiap tamu yang datang juga disuguhi makanan berupa ketupat lebaran lengkap dengan lauk pauknya. Hampir semua rumah warga menyediakan makanan ketupat untuk menjamu para tamunya. Namun, karena jumlah tamu yang datang sangat banyak, kini tak semua tamu dipersilahkan menikmati makanan ketupat. ''Kalau semua tamu kita suruh makan ketupat, kita bisa kewalahan,'' tutur  KH Abdul Fattah Muin.

Di kediaman KH Abdul Fattah Muin pada lebaran ketupat juga menyiapkan makanan berupa ketupat lengkap lauk-pauknya. Ketupat lebaran itu disajikan di ruang makan dapur rumah kiai Fattah Muin. ''Dulu, kami selalu menyiapkan sampai 500 buah ketupat, selain juga menyiapkan nasi,'' kata dia.

Beberapa tahun terakhir, kata dia, lebaran ketupat sudah menyebar hampir ke seluruh desa di Kecamatan Durenan. Padahal, awalnya, tradisi lebaran ketupat hanya dilakukan di kediaman KH Abdul Masyir (Mbah Mesir ), kiai kharismatik dan tokoh agama di Durenan. ''Yang patut kita banggakan, sekarang lebaran ketupat sudah menyebar di desa-desa lain,'' kata Abdul Fattah Muin yang juga generasi keempat dari keluarga KH Imam Mahyin, putra Mbah Mesir.

Tradisi merayakan lebaran ketupat, katanya, kini sudah merambah antara lain Desa Ngadisuko, Kendalrejo, Semarum, Pakis, Sumbergayam, Kamulan dan Pandean. ''Dulu yang merayakan lebaran ketupat hanya di kediaman Mbah Mahyin,''kata Abdul Fattah Muin menceritakan awal mula berkembangnya tradisi lebaran ketupat Durenan.

Diceritakan, tradisi merayakan lebaran ketupat diawali dari kebiasaan Mbah Mesir yang selalu menunaikan puasa Syawwal selama enam hari berturut-turut. Barulah memasuki hari kedelapan Syawwal, keluarga Mbah Mesir membuka semacam 'open house' di kediamannya. Saat itulah para santri, tetangga dan kerabat berdatangan untuk bersilaturrohmi ke rumah tokoh kharismatik itu.

Mbah Mesir adalah kiai terkenal di Durenan, Trenggalek. Beliau  putra kiai Yahudo asal Slorok, Pacitan yang juga keturunan Mangkubuwono III, salah seorang guru Pangeran Diponegoro. Kiai kharismatik ini juga mempunyai hubungan yang erat dengan Bupati Trenggalek kala itu. Setiap usai sholat ied, Mbah Mesir selalu diundang kanjeng Bupati ke Pendopo. Saat itulah Mbah Mesir menjalankan puasa Syawwal enam hari berturut-turut.

''Setelah itu, beliau pulang dan para santri maupun warga lantas berdatangan untuk silaturrohmi lebaran di kediamannya,'' kata Abdul Fattah Muin. Sepeninggal Mbah Mesir, kata dia, tradisi itu diteruskan putranya, KH Imam Mahyin. Kini, meski sudah memasuki generasi keempat bani mahyin, tradisi itu tetap saja dilestarikan dan bahkan malah meluas ke desa-desa lain.

Dengan adanya tradisi lebaran ketupat, warga Durenan dan sekitarnya nyaris merayakan silaturrohmi idul fitri sebanyak dua kali. Ini karena, pada 1 Syawwal, seperti tradisi pada umumnya, warga daerah ini juga sudah menggelar silaturrohmi lebaran. Demikian juga ketika memasuki hari kedelapan Syawwal. Mereka kembali mengadakan silaturrohmi lebaran ketupat.

Memang, tak semua pengunjung yang ke Durenan semuanya bermaksud silaturrohmi lebaran ke rumah sanak saudaranya. Banyak diantara mereka-terutama kaum muda-berkunjung ke Durenan hanya untuk 'mejeng'. Mereka hanya duduk-duduk  diatas sepeda motor yang diparkir di tepi-tepi jalan. ''Banyak anak muda yang kemarin hanya untuk 'cuci mata','' kata Abdul Fattah Muin dengan nada prihatin.

Kontributor : Muhibuddin
 

Â