Daerah

Manuskrip Imbau Jaga Keseimbangan Alam

NU Online  ·  Ahad, 28 Oktober 2018 | 00:30 WIB

Manuskrip Imbau Jaga Keseimbangan Alam

Diskusi 'Kearifan Lokal dalam Managemen Bencana', Sabtu (27/10)

Cirebon, NU Online

Akhir-akhir ini, Indonesia tak henti-hentinya dilanda bencana alam. Belum pulih luka akibat gemba bumi Nusa Tenggara Barat (NTB), gempa bumi datang lagi beserta tsunami dan likuifaksi di Sulawesi Tengah.

Hal itulah yang menginisiasi Lembaga Seni dan Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Cirebon menggelar diskusi bertema Kearifan Lokal dalam Managemen Bencana di Pondok Pesantren Al-Firdaus, Buntet Pesantren, Cirebon, Jawa Barat, Sabtu (27/10) malam.

Bencana demikian bukan hal baru di bumi Nusantara. Ia telah datang berulang kali dengan berbagai volume dan intensitasnya. Tak aneh jika leluhur telah mengingatkan hal itu kepada masyarakat setelahnya melalui tulisan yang termaktub dalam naskah kuno.

"Manuskrip kuno banyak mengandung metafora berupa imbauan untuk menjaga keseimbangan alam," kata Doddie Yulianto, ketua Majelis Budaya Lesbumi PCNU Kabupaten Cirebon.

Bencana tidak tahu kapan bakal terjadi. Tetapi, hal ini tidak luput dari perhitungan walisongo. Tak hanya keselamatan ukhrawi ruhaniah, tetapi para wali ini juga mengutamakan keselamatan mereka secara fisiknya agar terhindar dari marabahaya. Terbukti dengan pembuatan bangunan yang luas nan ringan.

"Para Walisongo membangun tidak sembarangan. Tidak membahayakan umatnya," jelas Arkeolog Bencana Rizky Afriono.

Hal ini, lanjutnya, bertentangan dengan bangunan di waktu penjajahan. Itu dibangun dengan tidak ramah bagi keselamatan penghuni atau pengunjungnya. "Masa kolonial banyak meninggalkan bangunan tidak ramah. Nenek moyang kita ilmunya bikin bangunan luas tapi ringan," ujarnya.

Model bangunan demikian, kata Rizky, diadopsi oleh masyarakat Sasak. Maka, menguatkan Doddie, baginya, dongeng, legenda, cerita rakyat, dan semacamnya itu tidak bisa dinafikan begitu saja. "Kita membangun mitos untuk membangun etos karena kita tidak mengerti caranya," lanjutnya.

Sementara itu, H. Eman Sulaeman dari Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) PCNU Kabupaten Cirebon menyebutkan bahwa kota santri ini terancam sembilan macam bencana.

"Masyarakat perlu diedukasi kesiapsiagaan menghadapi bencana," katanya.

Bencana yang dimaksud di sini tentu saja bencana alam. Sebab, selain bencana alam yang tidak bisa diprediksi kedatangannya, Ranggi Ragatha, insinyur teknik keselamatan, menjelaskan dua jenis bencana lain, yakni bencana buatan manusia seperti perang dan bencana sosial. (Syakir NF/Kendi Setiawan)