Daerah

Makna Singkatan ‘KADER’ Mampu Jaga Eksistensi Organisasi

Ahad, 6 Juni 2021 | 00:15 WIB

Makna Singkatan ‘KADER’ Mampu Jaga Eksistensi Organisasi

Mustasyar Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Prigsewu, Lampung KH Sujadi. (Foto: Istimewa)

Pringsewu, NU Online
Kaderisasi menjadi sebuah keniscayaan bagi organisasi dalam mempertahankan eksistensinya. Para kader lah yang akan menjalankan dan meneruskan visi dan misi organisasi sehingga mampu meraih apa yang dicita-citakan bersama.


Semakin berkualitas kader yang dimiliki, maka akan semakin berkualitas gerak organisasi. Semakin berkualitas gerak atau program organisasi, maka tentu akan mampu meraih hasil yang berkualitas pula.


Oleh karenanya sebagai jamiyyah atau organisasi, penting bagi Nahdlatul Ulama untuk terus mencetak dan memiliki kader berkualitas sehingga mampu mewujudkan himmah atau cita-cita organisasi yang didirikan oleh para ulama ini. Lalu apa saja kriteria kader yang berkualitas?


Menurut Mustasyar Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Prigsewu, Lampung KH Sujadi, kader yang berkualitas harus memiliki karakter pribadi yang tertanam dalam diri dan mampu diwujudkan untuk memberi dampak positif. Karakter tersebut sesuai dengan huruf yang membentuk kata ‘KADER’.


“Pertama K yakni Konsisten. Seorang kader Nahdlatul Ulama harus menjadi sosok yang konsisten yang dalam bahasa Arab disebut Istiqamah,” jelasnya pada pembukaan Pendidikan Kader Penggerak angkatan VI PCNU Kabupaten Pringsewu, di Gedung NU setempat, Sabtu (5/6).


Dengan karakter ini, menurut pria yang karib disapa Abah Sujadi ini, sebuah organisasi akan terbangun dengan baik. Dengan konsistensi dalam berkhidmah, maka Nahdlatul Ulama akan bisa terus eksis memberi kemaslahatan bagi umat.


“Kalau bicara kurang, pasti semua orang kurang. Tapi kader yang konsisten dan ikhlas tidak akan pernah merasa kekurangan. Seorang kader tidak akan pernah takut dan tak akan merasa susah,” tambahnya.


Kedua lanjutnya adalah A yakni Amanah. Karakter ini yang menurut Abah Sujadi paling sulit dan susah untuk dipegang teguh. Namun karakter inilah yang menjadi hal penting baik dalam skala kecil maupun besar, mulai dari diri sendiri, keluarga, umat, dan masyarakat secara umum.


“Ketika sudah diberikan amanah, seorang kader harus bisa menjalankan amanah tersebut dengan amanah. Ini akan meningkatkan harkat dan martabatnya,” tegasnya.


Selanjutnya adalah D yang memiliki makna Dedikasi. Seorang kader harus siap berkorban moril materiil, tenaga, pikiran, dan waktu demi keberhasilan organisasi. Kader harus mampu melaksanakan cita-cita yang luhur dengan penuh keyakinan dan keteguhan.


“Mari contoh para sahabat Nabi dan para ulama yang berdedikasi tinggi dalam berjuang dan siap berkorban demi agama,” katanya pria yang juga Bupati Pringsewu ini.


Kemudian adalah huruf E yang bermakna Empati. Karakter ini adalah kepekaan kader terhadap orang lain sehingga mampu mewujudkan sebuah organisasi yang kuat dengan jalinan dan jaringan yang ada di dalamnya. Seorang kader tidak hanya mementingkan diri sendiri dan terhindar dari jenis kader karbitan yang hanya mencari jabatan.


Yang terakhir adalah R yakni Religius. Sudah seharusnya sebagai Jamiyyah diniyyah wal ijtimaiyyah yang mengusung nama agama, kader harus mampu menjaga ibadah dan mengaplikasikan nilai-nilai agama dalam praktik kehidupan sehari-hari. Bisa jadi menurut Abah Sujadi, seorang kader yang pintar tapi tidak religius tidak ada nilai ibadahnya dalam aktivitas di organisasi.


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Aryudi AR