Daerah

Makam Imam Bonjol Perekat Persaudaraan

NU Online  ·  Jumat, 17 Desember 2004 | 03:58 WIB

Manado, NU Online
Gubernur Sulawesi Utara (Sulut) A.J Sondakh mengatakan, keberadaan Makam Tuanku Imam Bonjol di daerah ini,  telah menjadi perekat kuat persaudaraan masyarakat Sulut - Sumatera Barat (Sumbar).

Hubungan persaudaraan warga Sulut dengan masyarakat Sumbar sangat erat,  karena kedua daerah memiliki banyak kesamaan, kata Gubernur diwakili Asisten I Bidang Pemerintahan Pemprov Sulut, Iskandar Gobel, Rabu (15/12) di Manado, Sulut. "Bagi kami, masyarakat Sumbar sudah tidak asing lagi, apalagi keberadaan Makam Tokoh Pahlawan Nasional asal Ranahminang Tuanku Imam Bonjol  berada di daerah ini, "kata Gobel ketika menerima Komisi A Bidang Pemerintahan DPRD Sumbar.

<>

Dalam pertemuan itu, hadir juga sejumlah pejabat Pemprov Sulut dan dari Komisi A DPRD Sumbar dipimpin Wakil Ketua, H Amora Lubis dengan anggota Zailis Usman, Yul Akhyari Sastra, Rafdinal, Marhadi Effendi, Rasmi Soeki dan Johardi Dt Tanmarajo.Gobel mengatakan, setiap kali ada kunjungan warga Sumbar ke Sulut, maka secara tradisi umumnya mereka menyempatkan diri mengunjungi Makam Imam Bonjol untuk berziarah sebagai wujud penghormatan atas jasa perjuangan pahlawan nasional itu."Makam tersebut telah menjadi daerah kunjungan wisata ziarah utama bagi warga Sumbar yang datang ke Sulut, sekaligus menunjukan hubungan baik antar kedua provinsi," tambahnya.
       
Selain keberadaan Makam Imam Bonjol, hubungan baik ke dua daerah juga terlihat dari hidup damainya warga asal Sumbar di Sulut dengan tetap bisa melaksanakan tradisi-tradisi budaya seperti adanya di Ranahminang sendiri.Di Sulut juga ada "rumah gadang" (rumah adat tradisional masyarakat Minang) yang biasa digunakan untuk pertemuan para ninik mamak (pemuka masyarakat Sumbar) serta keberadaan organisasi "Bundo Kanduang" tempat berhimpunnya warga asal Minang.

Warga asal Sumbar disini dinilai juga cepat berbaur dengan warga lokal dan mampu mengimplementasikan semboyan khas masyarakat Sulut "torang samua basudara" (kita semua bersaudara).Dengan memahami semboyan itu, maka warga asal Sumbar telah menjadi saudara masyarakat Sulut dan secara bersama-sama ikut menjaga keutuhan kebangsaan, kedamaian dan toleransi hidup beragama, tambahnya.

Hubungan baik kedua daerah, semakin kental dengan selalu dijadikannya Sulut sebagai tempat tujuan reses, kunjungan kerja dan studi banding oleh lembaga legislatif Sumbar. "Sejak DPRD periode sebelumnya (1999-2004 red) dan periode sekarang (2004-2009) telah delapan kali para wakil rakyat Sumbar mengunjungi Sulsel. Kunjungan seperti ini juga menambah motivasi makin eratnya hubungan persaudaraan Sumbar-Sulut," tambahnya.

Pada bagian lain, anggota Komisi A DPRD Sumbar, Marhadi Effendi mengatakan, di Sumbar reputasi Sulut cukup dikenal sebagai daerah yang dinilai lebih berhasil dalam menata kehidupan bermasyarakat termasuk di bidang politik dan pemerintahan.Sehubungan itu, lembaga legislatif di Sumbar menempatkan Sulut sebagai daerah untuk dikunjungi dalam rangka silaturahmi sekaligus "menimba" keberhasilan yang diraih Sulut untuk dijadikan bahan acuan bagi Sumbar untuk melaksanakan hal yang sama. "Sulut dinilai lebih berhasil dalam pelaksanaan otonomi daerah khususnya menjaga hubungan baik antara pemerintahan propinsi dengan kabupaten/kota serta dinilai berhasil melakukan pemekaran wilayah dengan damai tanpa menimbulkan gejolak masyarakat," katanya. Keberhasilan seperti ini, patut dicontoh dan melalui kunjungan ke Sulut pelajaran itu dapat serap dan dibawa ke Sumbar, tambahnya. (atr/cih)