Daerah

Mahasiswa Pun Peringati Tahun Baru dengan Dzikir

NU Online  ·  Rabu, 4 Januari 2012 | 07:22 WIB

Yogyakarta, NU Online
Malam pergantian tahun memang selalu menjadi malam yang tidak biasa, karena malam tahun baru selalu dihidupkan dengan keluarbiasaan. Demikian halnya yang terjadi di pesantren UII pada malam pergantian tahun.

Demi menyambut tahun 2012, malam itu pondok pesantren ‘ashabul kahfi’ Universitas Islam Indonesia (UII) menyelengarakan rangkaian acara yang berupa majelis dzikir dan doa bersama serta diskusi akhir tahun yang mengangkat tema besar “Resolusi Akhir Tahun”.
<>
Acara tersebut diikuti oleh hampir seluruh santri Pondok Pesantren UII baik putera maupun puteri serta para asatidz. Dimulai tepat setelah shalat isya’, acara dimulai dengan majelis dzikir yang dipimpin langsung oleh pengasuh Pesantren UII, KH Mohammad Roy.

Dalam pembukaan, ia sempat menyampaikan bahwa memang beginilah seharusnya santri merayakan malam pergantian tahun. Perayaan tahun baru ala santri, yaitu merayakan tahun baru dengan kegiatan yang lebih bermanfaat serta jauh dari sifat isrof (penghamburan).

Malam tahun baru tidak harus dirayakan dengan hura-hura. Justru malam pergantian tahun seharusnya dirayakan dengan kontemplasi serta introspeksi diri terhadap apa yang sudah dilakukan selama satu tahun sebelumnya. Dengan kontemplasi, setidaknya ada pengharapan agar hal-hal tidak baik di tahun sebelumnya, tidak terulang kembali di tahun mendatang.

Namun selain dengan kontemplasi, malam tahun baru seharusnya juga dijadikan moment penegas terhadap visi dan misi seorang santri dalam satu tahun mendatang. Jangan sampai tahun 2012 tidak lebih baik dari tahun sebelumnya. Karena orang yang beruntung adalah orang yang hari esok jauh lebih baik daripada hari sebelumnya.

Pada acara tersebut, majelis dzikir ditutup dengan doa, yang juga dipimpin oleh pengasuh. Acara selanjutnya adalah diskusi akhir tahun yang didesain secara penel dengan menghadirkan pembicara dari santri putera yang diwakili oleh Samsul Zakaria dan dari santri puteri oleh Afiyat (Yayat).

Sebagaimana dengan tema yang diangkat, diskusi tersebut banyak membahas visi dan misi seorang santri, khususnya santri pondok pesantren UII pada tahun 2012 mendatang. Dari diskusi tersebut, disimpulkan bahwa ada tiga hal yang wajib dimiliki seorang santri, dimana jika ia kehilangan satu diantaranya, maka ia sudah kehilangan identitas kesantriannya; agama, ilmu dan akhlak.

Acara malam itu ditutup dengan tasyakuran yaitu bakar jagung dan ubi serta nonton bareng di halaman pesantren dengan ditemani panorama kembang api (tetangga) di langit yang cerah. Malam itu, dan malam-malam 31 Desember lainnya memang selalu menjadi malam yang luar biasa, karena hanya pada malam itulah, ketukan satu detik menjadi penanda pergeseran sebuah sejarah. Namun keluarbiasaan tersebut, tentu tidak akan terjadi jika itu bukan merupakan kebiasaan yang berhasil dibiasakan.


Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor: Nur Haris Ali