Mahasantri YPMI Semarang Digembleng Junalistik
NU Online · Selasa, 13 Desember 2016 | 12:02 WIB
Puluhan mahasantri Yayasan Pengembangan Mahasiswa Islam (YPMI) Al-Firdausi Ngaliyan, Semarang digembleng pada pelatihan website dan jurnalistik di pendopo pertemuan Pondok Pesantren YPMI Al Firdausi Ngaliyan, Kota Semarang, Senin (12/12).
Dalam kesempatan itu, Direktur Utama Forum Muda (Formaci) Jateng Hamidulloh Ibda mengatakan bahwa problem mendasar bagi mahasantri saat ini adalah "buta literasi" dan miskin membaca.
"Bagi saya, guru utama menulis adalah membaca. Kalau ingin tahu karakter media yang dituju, ya harus membaca karakternya. Membaca membuka wawasan, memperbanyak bank kata, memperkaya gaya bahasa dan utamanya bisa mengusir kebodohan," beber penulis buku Stop Pacaran Ayo Nikah dalam acara tersebut.
Ia menjelaskan, bahwa selain mengabadi, menulis bisa merawat budaya intelektual, media dakwah, mendapatkan relasi dan dikenal serta bisa mendapatkan pundi-pundi rupiah.
"Tidak ada tokoh besar tanpa tulisan. Kita bisa lihat Pramoedya Ananta Toer, Yudi Latif, Zuhairi Misrawi, kemudian juga Ulil Abshar Abdalla dan intelektual lainnya. Semua mengabadi karena tulisan," ucap dia.
Selain mahasantri YPMI, acara tersebut juga dihadiri mahasiswa UIN Walisongo yang digelar atas kerja sama YPMI dan Ikatan Silaturrahmi Mahasiswa Ronggolawe (Ismaro) Tuban UIN Walisongo Semarang yang didominasi aktivis PMII.
Dalam forum itu, ia menjelaskan bahwa mahasiswa harus fokus kalau ingin menulis, bisa menulis nonfiksi dan fiksi. "Langkah pertama tentukan jenis tulisanmu, selanjutkan gali ide dan tentukan isu, siapkan bahan, lalu tulis dan kirim ke media massa yang cocok karakternya dengan tulisanmu," tandas dia.
Ibda, sapaannya, juga menegaskan, analisis tulisan akan semakin kuat jika mahasiswa sebelum menulis didahului dengan membaca. "Baca di sini ya buku. Kalau tak suka baca buku, ya baca berita, jurnal, kitab, bahkan problematika umat dan bangsa juga bisa jadi inspirasi dan penguat tulisan," beber alumni UIN Walisongo tersebut.
Pria kelahiran Pati itu juga membeberkan, bahwa apa saja yang dibaca harus ditulis dan apa saja yang ditulis harus dibaca. "Pesan saya, tulislah apa yang Anda baca dan bacalah apa yang Anda tulis," tegas dia.
Jadi, lanjut dia, jangan sekadar menulis tak jelas di medsos yang orientasinya bias dan tidak terlalu menguntungkan bagi mahasiswa dan intelektualitas.
Pemateri kedua, Mafatikhul Habibi, web master dari Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang yang membawakan materi pembuatan dan pengelolaan website juga menjelaskan bahwa saat ini banyak wahana mahasiswa menulis di media online. Selain media cetak, media online sangat mudah dijangkau dalam menuangkan tulisan.
"Ada tiga macam website, yaitu statis, dinamis dan interaktif. Statis itu website manual, tanpa menggunakan bahasa komputer dan sederhana. Kalau dinamis lebih manusiawi manajemennya, misal website company profil, dan website pemerintahan. Website interaktif, adalah suatu website yang pemakainya itu tahu dengan yang lain, mereka bisa berinteraksi langsung dengan user lain, misalnya facebook, twitter, game dan yang lain," jelas dia.
Habibi juga menuturkan, seharusnya intelektualitas mahasiswa tidak hanya dipendam, namun juga dicurahkan dengan menulis di website yang bisa menghasilkan uang. "Tinggal memilih di antara ketiga jenis website itu, tapi biasanya yang dinamis cocok untuk penulis lepas," beber pria asal Tegal itu.
Sementara itu, Muvidi Muzayyin penanggung jawab acara mengatakan bahwa kegiatan itu untuk membekali mahasiswa tentang website dan juga membekali skill menulis.
Muvidi juga mengatakan, mahasiswa UIN Walisongo di tengah arus global di hadapkan dengan budaya literasi dan IT serta internet yang harus mengutamakan kaidah jurnalistik, serta bisa mengawal pergerakan mahasiswa.
Usai pemaparan materi, para peserta yang didominasi mahasiswa dan mahasiswi UIN Walisongo itu diajak simulasi menulis artikel dan membuat website sederhana. Kegiatan tersebut, berakhir sekitar pukul 15.00 WIB dengan out put peserta bisa menulis artikel dan mengenal website sederhana. (Nurkholida/Abdullah Alawi)
Terpopuler
1
Saat Jamaah Haji Mengambil Inisiatif Berjalan Kaki dari Muzdalifah ke Mina
2
Belasan Tahun Jadi Petugas Pemotongan Hewan Kurban, Riyadi Bagikan Tips Hadapi Sapi Galak
3
Meski Indonesia Tak Bisa Lolos Langsung, Peluang Piala Dunia Belum Pernah Sedekat Ini
4
Cerpen: Tirakat yang Gagal
5
Jamaah Haji Indonesia Diimbau Tak Buru-buru Thawaf Ifadhah, Kecuali Jamaah Kloter Awal
6
Jamaah Haji Indonesia Bersyukur Tuntaskan Fase Armuzna
Terkini
Lihat Semua