LPNU Nilai Batik Madura Sulit Diproduksi Seragam
NU Online · Kamis, 6 November 2014 | 00:02 WIB
Pamekasan, NU Online
Pupus sudah harapan para pembatik di Pulau Madura, khususnya di Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, untuk meraup keuntungan besar. Sebab, desain batik asli Pamekasan, sulit untuk diproduksi secara massal dan dibuat seragam. Penyebabnya ialah, tidak ratanya masing-masing kain dalam pencelupan untuk diukir.
<>
Hal demikian diungkapkan Ketua Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU) Kabupaten Pamekasan, KH Sayyadi. Menurutnya, jenis batik Pamekasan memang dibuat bukan untuk seragam. Melainkan, hanya cukup dipakai oleh setiap warga yang senang dengan baju batik.
Dalam hematnya, untuk meratakan dan menyeragamkan desain batik menjadi suatu kesulitan tersendiri bagi para pembatik. Sehingga, produksi baju batik asal Pamekasan tidak bisa menyebar luas dan diproduksi secara massal. Hanya saja, untuk dipakai baik dalam bekerja maupun ke acara pesta.
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Pamekasan Bambang Edy Suprapto mengamini penilaian Ketua LPNU tersebut.
Bambang memaparkan setiap tahun terdapat ratusan pembatik yang menjadi binaannya. Dari ratusan batik tersebut, tak seorang pun yang mampu membuat desain batik yang sama atau seragam. Dia menuturkan akibat dari hal tersebut, batik Pamekasan sulit untuk dikembangkan.
”Satu kali celup misalkan sebanyak 50 kain, hasilnya pasti beda dari puluhan kain tersebut. Harapan kami, tentu menjadikan batik Pamekasan lebih bagus. Kami juga membina para pembatik yang ada di Kabupaten Pamekasan ini. Tiap tahun, minimal 100 yang kami bina,” paparnya.
Untuk tahun ini, lanjutnya, sudah terdapat 500 pembatik yang tersebar di 13 kecamatan di Pamekasan. Ratusan pembatik tersebut, menjadi binaan dari Disperindag setempat.
Terpisah, Mutik selaku salah seorang penenun batik asal Dusun Air Suci, Desa Pagandingan, Kecamatan Galis mengatakan, meski sudah masuk dalam binaan Disperindag, namun belum merasakan adanya perhatian dari Pemkab Pamekasan. Dia mengaku, hingga saat ini, para pembatik sulit untuk memasarkan jenis baju batik yang sudah diproduksi.
”Kalau memang masuk dalam binaan pemerintah, tentunya mereka memantau dan mengarahkan serta memfasilitasi para pembatik di lapangan. Tapi faktanya mana? Kami yang saat ini kesulitan memasarkan hasil produksi batik, terkesan dibiarkan. Terpaksa hanya diproduksi seadanya,” keluhnya. (Hairul Anam/Mahbib)
Terpopuler
1
LBH Ansor Terima Laporan PMI Terlantar Korban TPPO di Kamboja, Butuh Perlindungan dari Negara
2
Dukung Program Ketahanan Pangan, PWNU-HKTI Jabar Perkenalkan Teknologi Padi Empat Kali Panen
3
Menbud Fadli Zon Klaim Penulisan Ulang Sejarah Nasional Sedang Uji Publik
4
Guru Didenda Rp25 Juta, Ketum PBNU Soroti Minimnya Apresiasi dari Wali Murid
5
Kurangi Ketergantungan Gadget, Menteri PPPA Ajak Anak Hidupkan Permainan Tradisional
6
Gus Yahya Sampaikan Selamat kepada Juara Kaligrafi Internasional Asal Indonesia
Terkini
Lihat Semua