Cirebon, NU Online
Sebagai salah satu kota pusat pemerintahan kerajaan Islam, Cirebon tumbuh menjadi kota berperadaban pada masanya. Terdapat ratusan atau bahkan ribuan naskah kuno yang tersebar di banyak tempat, seperti keraton dan pesantren.
Namun, masyarakatnya kini mengalami buta aksara. Problematika ini yang diupayakan penyelesaiannya oleh Lembaga Seni dan Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Cirebon dengan membuka Kelas Carakan.
"Pemberantasan buta aksara. Biar ga mbebek saja," tulis Doddie Yuliyanto, pengasuh kelas, melalui akun Facebooknya pada Sabtu (27/10).
Lebih lanjut, Doddie menjelaskan bahwa kelas ini dibuka bukan sekadar untuk menghapus jejak buta aksara carakan, tetapi juga agar transmisi pengetahuan yang dituangkan oleh leluhur dalam manuskrip tidak berhenti.
"Transmisi keilmuan harus berjalan. Ratusan naskah Cirebon beraksara Carakan belum dibaca karena kekurangan tenaga," tuturnya.
Melalui akun Facebooknya, Lesbumi Cirebon menjelaskan bahwa Hanacaraka (Jawa) atau Carakan (Jawa-Sunda) atau Anacaraka (Bali) adalah sebutan untuk aksara serumpun di pulau Jawa dan Bali. Aksara ini, lanjutnya, dipergunakan di dalam banyak manuskrip peninggalan zaman dahulu, termasuk di Cirebon.
"Sebagai bagian dari entitas yang menggunakan aksara Carakan sejak lama, wajar dan perlu wong Cirebon menguasai baca-tulis aksara Carakan, selain juga bertujuan untuk melestarikan aksara Carakan agar tidak asing di tanahnya sendiri," tulisnya.
Doddie, filolog yang didapuk sebagai Ketua Majelis Budaya Lesbumi PCNU Kabupaten Cirebon, membuka kelas aksara Carakan setiap malam Kamis, mulai pukul 18.30 hingga 20.30 di Asbak Kedai Arjawinangun.
"Jangan lewatkan!" Pungkasnya.
Bagi masyarakat yang berminat mengikuti kelas tersebut, sila menghubungi narahubung Ferry melalui nomor ponsel +6281381247563. (Syakir NF/Abdullah Alawi)