LBMNU Bogor Serukan Penguatan Relasi Islam-Sunda
NU Online · Kamis, 26 Januari 2017 | 01:17 WIB
Guna membentengi NKRI dari ancaman paham radikal dan liberal yang kian marak, Lembaga Bahsul Masail Nahdlatul Ulama Kabupaten Bogor mengajak warga Nahdliyin untuk memperkuat kembali relasi Islam dan kearifan lokal.
Sekretaris LBM NU Kabupaten Bogor Ustadz Ahmad Idhofi mengatakan, NKRI bersatu karena budaya. Islam mengakar kuat di Indonesia juga karena budaya. “Islam dapat diterima secara terbuka oleh masyarakat Sunda karena adanya akulturasi. Islam dan budaya Sunda dapat hidup berdampingan,” kata Idhofi di Bogor, Rabu (25/1).
Sebelumnya pada Ahad (22/1), ia menggagas kegiatan “Tawassul dan Napak Tilas Sejarah dan Relasi Islam- Sunda” di Pesantren Nurul Iman Al-Hasanah, Jalan Karacak KM 03, Kampung Geledug, Desa Barengkok, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor.
Idhofi mengutarakan, penyebaran Islam di tatar Sunda tidak terlepas dari peran Maharaja Kerajaan Sunda Pakuan Pajajaran Prabu Siliwangi, bertahta pada 1482-1521 M. Ia berperan besar dalam proses Islamisasi Bogor maupun tatar Sunda umumnya.
“Semua kerajaan di tatar Sunda dan mayoritas ulama besar Sunda merupakan anak cucu keturunan Prabu Siliwangi,” papar alumnus program S2 Pascasarjana UIKA Bogor ini.
Ketua MWC NU Kecamatan Leuwisadeng Baejuri mengatakan, orang Sunda identik dengan Islam. Ada istilah Islam itu Sunda, Sunda itu Islam. Hal ini berkat perjuangan para ulama dan pemimpin masa silam.
Ahmad Fahir menyampaikan, sejarah perjumpaan Islam dengan Sunda terbilang sangat panjang. Bahkan Islam masuk wilayah Sunda jauh sebelum era Wali Songo pada abad ke-15 dan 16, yang juga dikenal sebagai puncak Islamisasi Nusantara.
“Syaikh Quro mendirikan pesantren pertama di Nusantara sebelum era Wali Songo. Ia memiliki andil besar dalam mengislamkan Prabu Siliwangi dan menjadikan dinastinya di Kerajaan Pajajaran (terutama dari garis isteri Subang Larang Cirebon) dan dari garis Kerajaan Talaga sebagai aktor utama penyebaran Islam tatar Sunda,” kata Fahir.
Wilayah tatar Sunda dimaksud kini masuk dalam sejumlah provinsi, yakni Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten dan wilayah barat Jawa Tengah.
Islam diperkirakan telah masuk tatar Sunda sejak awal abad 12, seperti dikisahkan babad Pamijahan, Tasikmalaya. Pada abad 17, seorang ulama besar bernama Syaikh Abdul Muhyi, melakukan napak tilas bertahun-tahun mencari goa safar wadi peninggalan Syaikh Abdul Qodir al-Jailani saat berguru ke Syaikh Sanusi pada abad 12.
“Islam berkembang pesat tatar Sunda karena berdampingan dengan budaya Sunda. Masyarakat menerima Islam secara terbuka, dan tetap melestarikan budaya,” katanya.
Ustadz Zulfiqor, pengurus MUI Kabupaten Bogor menambahkan, kegiatan tersebut dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang relasi Islam-Sunda.
“Banyak sejarah Islam Sunda yang masih misteri dan belum terungkap karena kekurangan literatur. Tugas kita untuk menggalinya, agar dapat memahami sejarah secara utuh,” tutur mantan ketua IPNU Cabang Kabupaten Bogor ini.
Pesantren Pesantren Nurul Iman Al-Hasanah didirikan KH Supendi pada 1993 dan mengelola SMP, MTs, SMK, MA, dan perguruan tinggi, dengan total santri lebih dari seribu orang.
Kegiatan tersebut menghadirkan aktivis NU dan pegiat budaya Sunda Ahmad Fahir, diikuti 50 orang alumni, mahasiswa, dan guru Pesantren Nurul Iman Al-Hasanah; utusan MWCNU Kecamatan Leuwiliang, guru SMP Ma’arif NU Cilebut, dan pengurus MUI Kabupaten Bogor. (Red: Mahbib)
Terpopuler
1
Mulai Agustus, PBNU dan BGN Realisasikan Program MBG di Pesantren
2
Zaman Kegaduhan, Rais Aam PBNU Ingatkan Umat Islam Ikuti Ulama yang Istiqamah
3
Khutbah Jumat: Belajar dari Pohon Kurma dan Kelapa untuk Jadi Muslim Kuat dan Bermanfaat
4
PBNU Tata Ulang Aset Nahdlatul Ulama Mulai dari Sekolah, Rumah Sakit, hingga Saham
5
Khutbah Jumat: Bahaya Tamak dan Keutamaan Mensyukuri Nikmat
6
Ekologi vs Ekstraksi: Beberapa Putusan Munas NU untuk Lindungi Alam
Terkini
Lihat Semua