Solo, NU Online
Tanpa undangan, puluhan ribu manusia berkumpul di Masjid Riyadh dan sekitar daerah Gurawan Pasar Kliwon Solo, Ahad (3/3).
<>
Mereka datang dari berbagai daerah, bahkan berbagai negara. Tujuan mereka hadir untuk memperingati haul Habib Ali bin Muhammad bin Husain Al-Habsyi.
“Dan orang-orang saleh seperti Habib Ali Bin Muhammd Al Habysi adalah pelita. Meski ia telah tiada, namun cahayanya tetap menerangi ribuan manusia,” kata Habib Musthofa Mulahela, salah satu panitia Haul Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi.
Ya, rasa cinta itulah yang menggerakkan langkah ribuan umat. Tiap tanggal 20 Rabiul Akhir, mereka datang berduyun-duyun meski tanpa undangan, tanpa pengumuman, dan tanpa pamrih apapun.
Di Indonesia, Habib Ali Al-Habsyi yang berasal dari Hadramaut (Yaman) ini lebih dikenal masyarakat sebagai muallif kitab Maulid Simtuddurar. Kitab maulidnya banyak dibaca di berbagai penjuru Nusantara ini.
Tentang Habib Ali Al-Habsyi, ia adalah seorang ulama besar yang terkenal dengan akhlaq yang mulia dan kedermawanannya. Ia wafat pada tanggal 20 Rabi’ul Akhir 1333 H/1915 M. Jenazahnya dikebumikan di sebelah Barat Masjid Riyadh Hadramaut.
Salah satu puteranya, yakni Habib Alwi, hijrah ke Indonesia untuk berdakwah dan mendirikan Masjid Riyadh, yang terletak di pinggir Jl Kapten Mulyadi Pasar Kliwon Solo. Setelah wafat, perjuangan dakwahnya dilanjutkan oleh puteranya, Habib Anis, yang wafat pada tahun 2006 lalu. Habib Anis ini yang kemudian pertama kali mengadakan acara haul Habib Ali di Masjid Riyadh.
Di masjid ini pula, para anak keturunan Habib Ali, yakni Habib Anis dan Ayahnya, Habib Alwi memulai ajaran akhlaknya di Zawiyah, sebuah tempat di sisi utara masjid Ar Riyadh. Zawiyah sendiri dulu dikenal para sufi sebagai tempat menempa diri untuk menuju kesempurnaan akhlak seperti yang diajarkan Nabi Muhammad saw
Kini, meski Habib Ali telah tiada, namun kemuliaan akhlaknya seakan terus berpendaran di setiap hati para pengikutnya. Ribuan umat yang berbondong-bondong memperingati wafatnya setiap tahun, seakan membuktikan bahwa Habib Ali tetap hidup di tengah-tengah kehidupan mereka yang mendamba air kesejukannya.
Redaktur : Mukafi Niam
Kontributor: Ajie Najmuddin
Terpopuler
1
Mulai Agustus, PBNU dan BGN Realisasikan Program MBG di Pesantren
2
Zaman Kegaduhan, Rais Aam PBNU Ingatkan Umat Islam Ikuti Ulama yang Istiqamah
3
Waktu Terbaik untuk Resepsi Pernikahan menurut Islam
4
PBNU Tata Ulang Aset Nahdlatul Ulama Mulai dari Sekolah, Rumah Sakit, hingga Saham
5
Terima Dubes Afghanistan, PBNU Siap Beri Beasiswa bagi Mahasiswa yang Ingin Studi di Indonesia
6
Eskalasi Konflik Iran-Israel, Saling Serang Titik Vital di Berbagai Wilayah
Terkini
Lihat Semua