Langgar Banasokon di Asta Tinggi Sumenep, Saksi Bisu Perjuangan Laskar Sabilillah dan Hizbullah
NU Online · Kamis, 16 Maret 2023 | 09:30 WIB

Langgar kuno di Banasokon, Kebunagung, Kota Sumenep menjadi saksi bisu para laskar Sabilillah dan Hizbullah di masa penjajahan. (Foto: NU Online/Firdausi)
Firdausi
Kontributor
Sumenep, NU Online
Di Pulau Madura, Jawa Timur, Masjid Agung Sumenep menjadi pusat keagamaan dan bukti peninggalan kebudayaan Islam pada masa lalu. Ada pula langgar kuno di Banasokon, Kebunagung, Kota Sumenep yang menjadi saksi bisu para laskar Sabilillah dan Hizbullah di masa penjajahan.
Tak semua dari para peziarah yang nyekar di Asta Tinggi tahu letak langgar ini, padahal secara geografis lokasinya di sebelah selatan pemakaman para Raja Sumenep. Tepatnya ke arah barat di sebelah pintu gerbang pasarean Asta Tinggi Sumenep. Setelah melalui jalan kecil beraspal, pengunjung akan sampai ke langgar Banasokon di Pondok Pesantren Asta Tinggi.
Langgar yang didirikan oleh Syech Al-'Alawiyah KH Abi Sudjak pada tahun 1900-an ini, tidak hanya dijadikan tempat mengajar Al-Qur'an pada santri dan majelis taklim, tapi tempat ijazah para laskar sebelum berangkat ke medan perang untuk melawan penjajah.
Baca Juga
Sejarah Museum Mandhilaras Pamekasan
Di masa kolonial, pasarean Asta Tinggi yang berada di perbukitan, sangat strategis dijadikan persembunyian laskar dan warga yang mendapat tekanan dari penjajah. KH Abi Sudjak sebagai pengasuh sekaligus muasis Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sumenep, kerap melindungi warga yang terancam dari kebengisan penjajah. Meskipun beberapa kali pesantren itu dijatuhi geranat, Allah melindunginya dengan mengubah bom menjadi buah pepaya. Begitulah karamah yang dimiliki santri Syaikhona Kholil Bangkalan yang tak bisa dinalar menggunakan rasio.
Diceritakan oleh KHR Suharto Winata selaku cucu menantu KH Abi Sudjak atau suami dari Ny Hj Sri Kurnia binti Kiai Aziz Arif Tarate, Kiai Abi Sudjak membekali para laskar dengan berbagai ilmu kanuragan, ijazah anti peluru dan senjata tajam (ilmu kekebalan), menggunakan senjata tajam dan sejenisnya.
Semua itu dilakukan oleh Kiai Abi Sudjak untuk mempertahankan tanah air. Kendati mendapat perlawanan berat dari pihak penjajah. Beliau tak berputus asa guna memberikan perlawanan yang sengit pada mereka dengan menggunakan alat-alat perang tradisional ataupun senjata rampasan perang.
Kini langgar Banasokon masih dijadikan tempat khatmil Qur'an, dibaan dan pengajian kitab Sirajul Bayan li Nawaziliz Zaman setiap malam Jumat Legi. Diketahui, kitab tersebut karya dari KH Abi Sudjak yang kini diajarkan kembali pada alumni dan warga oleh oleh Rais PCNU Sumenep, yakni KH Hafidzi Syarbini.
Kontributor: Firdausi
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Pengumuman Hasil Seleksi Administrasi Beasiswa PBNU ke Maroko 2025, Cek di Sini
2
Kronologi 3 WNI Tertangkap di Gurun Pasir Hendak Masuk Makkah, 1 Orang Meninggal
3
Prof Masud Said Ungkap Peran KH Tolchah Hasan dalam Pendidikan hingga Kebangsaan
4
Alasan Tanggal 11-13 Dzulhijjah Disebut Hari Tasyrik dan Haram Berpuasa
5
Gus Yahya: Ketegasan dan Konsolidasi Internasional Kunci Wujudkan Solusi Palestina-Israel
6
7 Hal yang Perlu Diperhatikan dalam RUU Sisdiknas bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Terkini
Lihat Semua