Daerah

Kupatan, Durenan Bakal 'Diserbu' Pesilaturrohim

NU Online  ·  Ahad, 21 November 2004 | 08:56 WIB

Trenggalek, NU Online
Memasuki hari kedelapan lebaran, Kecamatan Durenan, Trenggalek, Jatim, Ahad (21/11) dipastikan bakal 'diserbu' ribuan pesilaturrohim yang  ingin bermaaf-maafan kepada sanak keluarganya.

Pasalnya, wilayah kecamatan yang berlokasi di ujung timur Kota Trenggalek itu memang mempunyai tradisi merayakan lebaran idul fitri pada 8 Syawwal. Tradisi lebaran ketupat ini sudah berlangsung sejak bertahun-tahun dan hingga kini masih terus dilestarikan keberadaannya.

<>

Sehari menjelang datangnya lebaran ketupat, Sabtu (20/11) sore suasana desa-desa di Kecamatan Durenan sudah terasa gaungnya. Hampir setiap rumah sibuk mempersiapkan ketupat untuk hidangan khas lebaran. Makanan ketupat berikut lauk-pauknya itu akan disuguhkan tuan rumah kepada siapa saja tamu yang silaturrahim lebaran ke rumahnya.
 
''Setiap tahun, warga Durenan selalu merayakan lebaran tepat hari kedelapan Syawwal. Warga di sini selalu menyediakan ketupat sebagai menu utama hidangannya. Tentu saja, selain juga menyediakan aneka kue dan makanan kecil. Tak peduli siapa tamu yang datang. Mereka akan disuguh ketupat,'' ujar Johan, salah seorang warga Desa/Kec. Durenan.

Itu sebabnya, meski tak punya sanak keluarga di Durenan , tak usah mengurungkan niat jika berkeinginan menyaksikan maraknya lebaran ketupat di Durenan. Begitu tiba di Durenan, pengunjung bisa mampir ke rumah-rumah warga untuk bersilaturrohim. ''Warga Durenan sangat terbuka. Kalau ada tamu yang berlebaran akan diterima dengan terbuka sambil dipersilahkan mencicipi ketupat lebaran,'' kata beberapa warga Durenan.

Lebaran ketupat memang sudah menjadi semacam 'trade mark' bagi kaum muslimin di Kecamatan Durenan. Itu sebabnya, begitu memasuki hari kedelapan Syawwal, wilayah ini selalu 'diserbu' ribuan pesilaturrahim dari dalam dan luar daerah yang ingin berlebaran kepada sanak keluarganya.

''Dulur-dulur sudah paham jika akan berlebaran ke Durenan selalu memilih waktu bersamaan dengan saat datangnya lebaran ketupat,'' ungkapnya.

Awalnya, lebaran ketupat hanya digelar warga Desa/Kec. Durenan. Namun, kini hampir semua desa di Kecamatan Durenan merayakan idul fitri pada saat tiba lebaran ketupat. ''Sekarang ini, hampir semua desa di Kecamatan Durenan ikut merayakan kupatan. Jadinya, lebaran ketupat semakin bertambah kompak,'' paparnya.

Ketika memasuki lebaran ketupat, sejak pagi, biasanya desa-desa di Kecamatan Durenan sudah mulai dibanjiri pesilaturrohim yang ingin berlebaran. Semakin siang, suasana bertambah ramai. Jalan-jalan penuh sesak dengan aneka kendaraan. Karena membludaknya pengunjung, biasanya lalu lalang kendaraan yang berseliweran mengakibatkan jalan raya Durenan menjadi macet total.

Titik rawan kemacetan arus lalu lintas biasanya terjadi di sekitar perempatan Pasar Durenan. Kemacetan ini terjadi antara pukul 09.00 WIB hingga pukul 12.00 WIB. Tapi, jika anda ingin menyaksikan maraknya lebaran ketupat ke Durenan, tak perlu risau terjebak kemacetan lalu lintas. Ini karena, aparat kepolisian sejak pagi selalu dikerahkan untuk mengatur kelancaran arus lalu lintas.

Sayangnya, tradisi lebaran ketupat Durenan kini juga mulai terpengaruh kemajuan jaman. Nyatanya, di tengah maraknya suasana lebaran ketupat, justru banyak pasangan muda-mudi yang datang ke Durenan sekedar untuk 'mejeng' di pinggir-pinggir jalan. Lambat laun, fenomena ini tentu akan mengurangi 'kesakralan' makna lebaran ketupat yang telah diwariskan nenek moyang.

Bagi Pemkab Trenggalek, lebaran ketupat di Durenan kini juga menjadi agenda khusus di bidang pariwisata. Cuma, sampai saat ini, Pemkab juga belum mengemas tradisi lebaran ketupat ini sedemikian rupa sehingga bisa menjadi potensi wisata yang bisa mendatangkan pemasukan ke PAD (Pendapatan Asli Daerah).

Kontributor : Muhibuddin

Â