Daerah

Kopontren Ihya’us Sunnah Jember Tingkatkan Ekonomi Berbasis Masyarakat

Ahad, 15 November 2020 | 10:00 WIB

Kopontren Ihya’us Sunnah Jember Tingkatkan Ekonomi Berbasis Masyarakat

Ketua Kopontren Ihya’us Sunnah, Bangsalsari, Kabupaten Jember, Ustadz Imam Bukhari (paling kanan) saat akan memberikan santunan kepada anak yatim. (Foto: NU Online/Aryudi A Razaq)

Jember, NU Online
Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren)  Ihya’us Sunnah, Dusun Sumbercanting, Desa Tugusari, Kecamatan Bangsalsari, Kabupaten Jember, Jawa Timur, semakin di depan. Setelah berhasil memproduksi kopi bubuk bermerek BIKLA kini meluncurkan Pengembangan Kawasan Pesantren Berdaya. Program tersebut diluncurkan di sela-sela peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di halaman gudang pabrik BIKLA, kawasan Pesantren Ihya’us Sunnah, Sabtu (14/11).


Dalam sambutannya, Ketua Kopontren Ihya’us Sunnah, Ustadz Imam Bukhari menyatakan rasa syukurnya yang mendalam karena koperasi yang dipimpinnya berkembang cukup pesat seiring kian meningkatnya volume penjualan BIKLA. BIKLA merupakan akronim dari Barakah Ibrahimy Kopi Lereng Argopuro. Sebuah nama yang mengisyaratkan keterkaitan dengan Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah, Desa Sukorejo, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo.


“Syukur alhamdulillah, saat ini tiap bulan kami berhasil memproduksi BIKLA 50 ton dalam bentuk sachet berbagai ukuran, dan itu habis terjual,” tuturnya.


Keberhasilan tersebut, lanjutnya, tentu tak lepas dari usaha keras segenap kru kopontren, masyarakat, dan doa anak yatim dan fakir miskin. Dikatakannya, meskipun sempat terganggu akibat munculnya virus Corona, namun lambat-laun pemasaran BIKLA terus bergerak naik.


“Doanya anak yatim, makbul, sehingga usaha kami semakin menggembirakan. Hari ini, untuk kesekian kalinya kami memberikan santunan untuk anak yatim dan fakir miskin di sekitar pesantren. Ya Allah, betapa besar karunia-Mu,” urainya.


Di bagian lain, Ustaz Imam Bukhari menegaskan bahwa program Pengembangan Kawasan Pesantren Berdaya dimaksudkan untuk meningkatkan pemberdayaan pesantren baik ke dalam (pesantren sendiri) maupun ke luar. Menurutnya, paling tidak ada 3 hal yang akan digarap terkait dengan program tersebut. Pertama, meningkatkan pendidikan dan dakwah pesantren.


“Pendidikan dan dakwah di pesantren itu sudah biasa, tapi di sini akan kita fokuskan kepada pendidikan vokasi melalui SMK yang kami punya,” ujarnya.


Kedua, pengembangan ekonomi kerakyatan. Pesantren Ihya’us Sunnah melalui kopontrennya, akan melakukan penetrasi pengembangan ekonomi berbasis masyarakat. Konkretnya, dalam memproduksi BIKLA akan terus melibatkan partisipasi masyarakat, baik sebagai pemasok bahan baku, pekerja, maupun penjual.


“Selain kita memiliki petani (kopi) binaan, sinergi dengan masyarakat terus kami tingkatkan agar ekonomi masyarakat juga hidup,” ungkapnya.


Ketiga, pengembangan wisata pesantren. Maksudnya, pesantren dan lembaga-lembaga formal yang ada di lingkungan pesantren, elok dipandang dan enak dirasa. Caranya adalah menjaga kebersihan seoptimal mungkin. Sehingga orang merasa nyaman dan betah berkunjung ke pesantren.


“Orang datang ke pesantren bisa kerasan, dan santri juga kerasan sehingga bisa belajar dengan optimal,” pungkasnya.


Dalam acara tersebut seluruh undangan diberikan paket sembako yang terdiri dari minyak goreng, gula pasir, kopi bubuk jantan, dan mie instan. Sedangkan puluhan anak yatim, selain dikasih sembako juga diberi santunan uang.


Pewarta:  Aryudi A Razaq
Editor: Muhammad Faizin