Bekasi, NU Online
Memanggil Nabi Muhammad dengan didahului sebutan Sayyidina merupakan identitas umat Islam. Bagi siapa pun yang mengaku warga dan kader Nahdlatul Ulama (NU) tidak akan menyebut kekasih Allah itu dengan tanpa panggilan penghormatan.
Hal tersebut disampaikan Mustasyar Pengurus Besar NU (PBNU) KH Manarul Hidayat saat peringatan Maulid Nabi Muhammad dan Milad ke-4 Majelis Ta'lim Hubburrasul di Masjid Jami' Al-Ikhlas, Jalan Raya Narogong KM 11, Bantargebang, Kota Bekasi, Selasa (30/1) malam.
"Selama shalawat ada, Indonesia akan terus bangkit. Semakin shalawat dijauhkan, negara akan hancur. Tetapi, semakin dibid'ah-bid'ahkan, shalawat akan terus hadir di setiap sudut kampung di negeri ini," kata mantan Ketua Lembaga Dakwah (LD) PBNU itu.
Kemudian, Kiai Manarul memaparkan solusi yang ditawarkan untuk menghadapi zaman now. Tidak perlu mengikuti Amerika dan Yahudi, terlebih PKI. Sekitar 14 tahun lalu, Nabi Muhammad telah memberi gambaran untuk menyelesaikan beragam permasalahan yang terjadi kekinian.
"Ada tiga cara untuk menghadapi zaman jahiliyyah now. Sekarang ini namanya zaman jahiliyyah now. Bukan lagi zaman jahiliyyah old. Jahiliyyah now lebih jahat dari jahiliyyah old. Oknum pejabat banyak yang pintar, sekolah tinggi, tapi bodoh. Buktinya, KTP yang tipis begitu, dimakan juga, eh tiang listrik ditabrak," katanya diiringi tawa lepas hadirin.
Pertama, umat Islam wajib kembali membaca, meneliti, memahami, dan mengamalkan Al-Qur'an. Kedua, senantiasa meramaikan masjid. Ketiga, wajib memperkokoh persatuan dan kesatuan (ukhuwah Islamiyah, ukhuwah Wathoniyah, ukhuwah Insaniyah).
"Masa kerja Rasulullah itu hanya 23 tahun. Tapi masyarakat, ekonom, politik, akhlak, dan peradaban jadi baik. Itu semua karena kuncinya memelihara Al-Qur'an. Indonesia, usia 72 tahun tapi masih saja belum baik, konflik horizontal masih sering terjadi," ungkapnya.
Namun, ada hal yang masih bisa diperhitungkan Allah untuk menjaga Indonesia dari keterpurukan. Seperti ada ketidaktegaan agar Bumi Pertiwi ini hancur. Yakni keteguhan para santri, kiai, ulama, dan habaib yang masih senang berkumpul di Masjid dan bersalawat kepada Rasulullah.
"Hancurnya umat Islam di dunia karena tidak mengamalkan isi Al-Quran dengan baik. Di Timur Tengah hancur. Yaman dan Arab Saudi berperang dan keduanya sama-sama memekikkan kalimat takbir. Sesama Islam perang. Mereka keluar dari ajaran luhur Al-Qur'an. Dari semuanya itu, hanya tinggal Indonesia yang berdiri kokoh. Sebab, sebagian besar umat Islam di sini masih senang bersalawat. Indonesia adalah negara yang paling ramai pembacaan dan peringatan maulid," tegas Kiai Manarul.
Sebagian besar umat Islam di Indonesia berhaluan Ahlussunnah wal Jamaah, selalu memperbanyak salawat manakala kesusahan melanda. Silaturrahim antara sesama umat Islam terjaga karena di beberapa masjid diadakan pertemuan dengan kemasan cinta kepada kekasih Allah.
"Banyakin salawat. Ada kesusahan baca salawat. Nanti Allah tunjukin jalan yang bener," katanya dengan dialek khas Betawi Bekasi, spontan diaminkan oleh seluruh hadirin. (Aru Elgete/Fathoni)