Daerah

Kiai Mahrus Banyuwangi Tolak Sumbangan Menhub

Sen, 16 Oktober 2006 | 08:33 WIB

Menteri Perhubungan (Menhub) Hatta Radjasa selama berada di Kota Gandrung, meninjau pelabuhan ASDP Ketapang, Stasiun Banyuwangi Baru dan pembangunan Lapter Blimbingsari. Menhub juga berdialog dengan para kiai di Pondok Pesantren Sunan Kalijogo asuhan KH Mahrus Ali di Desa Parijatah Wetan, Kecamatan Srono.

Suasana Ponpes Sunan Kalijaga Sabtu (14/10) sore itu agak lain dari biasanya. Jelang buka puasa yang kurang beberapa menit, puluhan kiai dan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Banyuwangi berkumpul di Ponpes asuhan Kiai Mahrus Ali. KH Ali Maki Zaini dan Masykur Ali (Ketua PCNU), mereka yang kebanyakan adalah pimpinan Ponpes di Banyuwangi, tampak sibuk menerima para tamu undangan.

<>

Di tengah kesibukan menerima tamu undangan, Ketua PCNU Masykur Ali terlihat menerima telepon yang belakangan diketahui dari Anggota DPR RI Asal Tegalsari, Banyuwangi Abdullah Azwar Anas. Kepada Ketua PCNU tersebut, Anas mengatakan, kalau Menhub bermaksud memberikan bantuan kepada pengasuh Ponpes KH Mahrus Ali Rp 50 juta dan kepada PCNU Banyuwangi Rp 50 juta. Sehingga total bantuan yang akan diberikan Rp 100 juta.

Namun, usai pesan tersebut disampaikan kepada KH Mahrus Ali, yang bersangkutan ternyata justru tidak berkenan. “Mas, ini tadi sudah saya sampaikan kepada Kiai Mahrus, ternyata beliaunya tidak berkenan menerima bantuan tersebut, hanya bilang matur nuwun,” Kata Masykur Ali dalam perbincangan dengan Anas.

Hanya berselang kira-kira 10 menit kemudian, suara sirine mobil Dinas Perhubungan Banyuwangi, tampak terdengar dari kejauhan, yang menandakan rombongan Menhub akan memasuki Ponpes Sunan Kalijaga. Didampingi Azwar Anas, dan jajaran pejabat Muspida Banyuwangi, seperti Bupati Ratna Ani Lestari, Wakil Bupati Yusuf Nuris, Kapolres AKBP Istiono serta beberapa pejabat teras Banyuwangi, Hatta Radjasa tampak keluar dari bus.

Rombongan tampak langsung menuju ke kediaman tuan rumah KH Mahrus Ali. Kiai Mahrus tidak bisa menjemput langsung kedatangan sang menteri karena menderita sakit selama beberapa hari. Usai salat maghrib dan buka puasa bersama, Hatta Radjasa melakukan dialog dengan para kiai di Masjid Ponpes.

Suasana dialog juga tampak gayeng, terlebih ketika Azwar Anas, yang memandu acara beberapa kali mengeluarkan joke-joke segar, dan memperkenalkan bahwa Hatta Radjasa merupakan sosok yang lahir dari keluarga nahdliyin (sebutan untuk warga NU).

“Jadi jangan heran, kalau kemudian para kiai melihat beliau (Hatta Radjasa, red) ini paham dan akrab dengan lingkungan pesantren. Terlebih, hobi beliau yang paling menonjol selama ini adalah suka menyumbang,” kata Anas yang langsung disambut tepuk tangan hadirin.

Hatta Radjasa sendiri, sebelum bicara panjang lebar menyampaikan paparannya. Dia empat mengeluhkan jalan menuju ponpes yang dinilanya banyak berlubang. Sehingga menghambat laju kendaraannya. “Ke depan kita berharap kepada Pemkab Banyuwangi, agar jalan-jalan menuju pesantren bisa diperbaiki,” ujarnya.

Dalam paparannya, selain memastikan Lapter Blimbingsari bakal beroperasi tahun 2007, Hatta lebih banyak mengupas tentang kemajuan perhubungan di Indonesia yang semakin pesat dan bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat.

Hal ini, tutur lelaki berambut putih tersebut, bisa dilihat dari jumlah pengguna jasa pasawat terbang yang terus bertambah dari tahun ketahun. Misalnya, pada tahun 2000, jumlah pengguna jasa pesawat terbang mencapai hanya 5 juta penumpang, 2004, sudah mencapai 20 juta dan 2006 sekarang ini mencapai 30 juta penumpang pengguna jasa pesawat terbang.

“Banyaknya pengguna jasa pesawat terbang ini, menandakan ekonomi masyarakat kita juga semakin maju para kiai. Bahkan, belakangan ini banyak para kiai yang sudah mulai biasa, dan tidak gugup lagi naik pesawat,” paparnya. “Kalau nanti Lapter di Rogojampi dibuka, tentunya jumlah 30 juta tersebut akan bertambah paling tidak 10 juta dari Banyuwangi,” imbuhnya menteri dari PAN itu.

Di sisi lain, Hatta juga mengaku bangga karena bisa melihat langsung kondisi Pelabuhan Tanjungwangi dan Lapter di Rogojampi yang mengandung banyak potensi. Terlebih ketika dia bisa bertemu dengan jajaran PCNU dan pimpinan pengasuh pesantren se Banyuwangi. “Makanya, ketika Mas Azwar Anas beberapa waktu lalu bilang mau mengajak saya ke Banyuwangi, saya tidak berfikir panjang dan menyanggupinya,” ujarnya.

Di akhir acara yang berlangsung sekitar 45 menit tersebut, selain meminta do’a kepada para kiai, Hatta memberikan bantuan uang kepada PCNU Banyuwangi sebesar Rp 50 juta, yang langsung diserahkan tunai melalui Rois Syuriah PCNU KH Hisyam Syafaat.

Sedangkan rencana menyumbang kepada KH Mahrus Ali, ti