Daerah

Kiai Imam Ghozalie Jember, Sosok Penyabar dan Pecinta Keluarga Itu Wafat

Kam, 5 November 2020 | 00:15 WIB

Kiai Imam Ghozalie Jember, Sosok Penyabar dan Pecinta Keluarga Itu Wafat

KH Imam Ghozalie, nomor dua dari kiri (diapit Rais Syuriyah PCNU Jember, KH Muhyiddin Abdusshomad dan Ketua PCNU Jember, KH Abdullah Syamsul Arifin). (Foto: NU Online/Aryudi A Razaq)

Jember, NU Online
Mendung duka menyelimuti Jember. Pasalnya, salah satu putra terbaiknya, KH Imam Ghozalie pulang keharibaan Allah, Rabu (4/11) malam. Wakil Rais Syuriyah PCNU Jember Jawa Timur itu, wafat di Klinik Madinah, Kecamatan Wuluhan Jember setelah tiga hari dirawat di klinik tersebut.


Menurut putranya, Gus Muhammad Fuad Ahsan, secara fisik sang ayah baik-baik saja. Tidak ada masalah. Namun sejak ditinggal wafat oleh istrinya, Siti Aisyah, 30 Oktober 2020, kesehatannya menurun hingga akhirnya dirujuk ke Klinik Madinah. Enam hari setelah kepergian istrinya ke alam barzah, sang suami juga menyusul berpulang ke rahmatullah.


“Saat ini masih tahlilan enam harinya ibu, kini abah meninggalkan kami semua,” ujar Gus Fuad Ahsan kepada NU Online dengan mata berkaca-kaca.


Kiai Imam lahir di Jember  tanggal 19 Mei 1954. Selain aktif di kegiatan NU, almarhum juga mengasuh Pondok Pesantren Al-Amien, Desa Sabrang, Kecamatan Ambulu, Jember. Ia juga menjadi Mursyid Tarekat Naqsyabandiyah wal Qodiriyah Kabupaten Jember.


Kiai Imam dikenal sebagai kiai penyabar, irit bicara tapi sangat luwes dalam bergaul. Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk santri, NU, dan berdakwah. Di pesantren yang diasuhnya, Al-Amien, ia mengasuh pengajian kitab Ihya Ulumuddin, Tafsir Jalalain, Shahih Bukhari, Shahih Muslim, dan kitab Adzkar.  Semua dijalaninya dengan istiqamah.


Karena itu tidak heran jika santri selalu menjadi perhatiannya, bahkan beberapa hari menjelang wafat, ia masih sempat menanyakan hal-hal yang terkait dengan kegiatan mengaji santrinya.


“Beliau sempat tanya ‘bagaimana ngajinya anak-anak’. Beliau sangat kepikiran santri karena sekian hari ditinggal,” lanjut Gus Fuad.


Di luar itu, Kiai Imam adalah sosok kiai yang sangat mencintai keluarganya. Ada masalah apapun dan merencanakan apapun, pasti ia bermusyawarah kepada istri dan anak-anaknya. Keluarganya selalu ‘diorangkan’  dan ditempatkan dalam posisi yang terhormat.


“Beliau sangat mencintai keluarga, itu bisa jadi mungkin karena keluarga merupakan kunci penting bagi kesuksesan yang lain,” tuturnya.


Wakil Ketua PCNU Jember, H Sofyan Sauri menyebut Kiai Imam sebagai figur yang ikhlas dan selalu meluangkan waktu untuk kegiatan NU. Dikatakannya, Kiai Imam tidak mempedulikan posisinya di struktural NU.


“Jadi apapun beliau, tetap kepeduliannya kepada NU tak berkurang,” jelasnya.


Kiai Imam wafat di usia 66 tahun.  Ia meninggalkan 5 anak dan 10 cucu. Mereka siap meneruskan jejak langkah sang ayah sebagai sosok yang banyak memberi manfaat bagi kehidupan masyarakat. Semoga.


Pewarta:  Aryudi A Razaq
Editor: Muhammad Faizin