Daerah

Keunikan Kultur dan Struktur NU Menjadi Kekuatan Jamiyyah

Rab, 1 November 2017 | 17:40 WIB

Pringsewu, NU Online
Nahdlatul Ulama memang organisasi yang unik. Organisasi yang didirikan oleh para ulama ini tidak melulu bertumpu pada sistem dan struktur dan hirarki yang kaku. Hal ini karena kultur yang menopang NU justru lebih kuat daripada struktur yang ada.

Pernyataan tersebut disampaikan Mustasyar PCNU Pringsewu KH. Sujadi saat ditemui di kediamannya, Komplek Pondok Pesantren Nurul Ummah Pagelaran Lampung, Rabu (1/11).

"NU itu unik. Sampai-sampai, walaupun tidak ada pengurusnya pun kegiatan NU masih tetap bisa berjalan," kata ulama yang juga Bupati Pringsewu ini.

Kekuatan kultur inilah yang menjadi kekuatan tersendiri dalam jamiyyah NU. Tidak seperti organisasi lain yang bertopang kepada struktur organisasi, NU justru ditopang dengan kekuatan kultur jamiyyah yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat.

"Struktur dan kultur saling melengkapi sehingga menjadikan NU kuat dan mengakar sampai ke bawah," lanjut alumni Pondok Pesantren Kalibeber Wonosobo Jawa Tengah ini.
Katib Syuriyah PCNU Pringsewu KH. Munawir mengamini pernyataan tersebut. Kiai Munawir menegaskan sosok ulama dalam Jamiyyah NU juga merupakan kekuatan tersendiri dalam roda organisasi.

"Para kiai ataupun pengasuh pondok pesantren yang memiliki kharisma dan pengaruh kepada jamaah sering membuat lumer dan lentur kekuatan struktural NU," katanya.

Ini juga tidak terlepas dari sejarah bahwa pesantren bukan hanya memiliki kekuatan otonom dalam struktur NU, namun para kiai kharismatik pondok pesantrenlah yang menjadi motor penggerak sekaligus menjadi pencetus berdirinya NU pada 1926.

Eksistensi struktur dan kultur yang ada dalam Jamiyyah Diniyyah terbesar di dunia inilah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi para peneliti dan menjadi bahan diskusi menarik bagi para pemerhati organisasi.

"Apalagi menjelang satu dekade pada 2026 mendatang NU memasuki usia satu abad, NU akan menjadi organisasi yang akan terus menjadi perbincangan. Kira-kira bagaimana wajah NU kedepan dan masihkan ada tokoh kharismatik yang berpengaruh dalam struktur organisasi walaupun secara struktur tidak di dalamnya?" tanyanya mengajak merenung.

Oleh karenanya ia menilai diperlukan formula untuk menemukan hubungan antara kekuatan kultural dan struktural dalam NU.

"Yang penting juga kita bisa membuat format organisasi yang mengkombinasikan antara kekuatan modern yang terus bergulir dengan nilai-nilai tradisional yang sangat kental pada warga NU," katanya. (Muhammad Faizin/Kendi Setiawan)