Daerah

Tiap Tahun, Warga Peringati Haul Mbah Sambu sebagai Peletak Dasar Peradaban Islam di Lasem

Ahad, 23 Juni 2024 | 12:27 WIB

Tiap Tahun, Warga Peringati Haul Mbah Sambu sebagai Peletak Dasar Peradaban Islam di Lasem

Peringatan puncak Haul Mbah Sambu pada 14 Dzulhijah 1445 H atau 21 Juni 2024. Urutan foto dari kiri ke kanan: KH Muhammad Hakim, KH Imam Sofwan, Gus Baha, Kapolres, Bupati Rembang, KH Zaki. (Foto: dok. Sambua)

Rembang, NU Online

Warga Lasem, Rembang, Jawa Tengah memperingati Haul Mbah Sambu atau Sayyid Abdurrahman setiap tahun. Haul digelar pada setiap bulan Dzulhijjah atau pada tahun ini bertepatan dengan bulan Juni, pada Rabu-Jumat (19-21/6/2024).


Puncak acara haul dilangsungkan pada Jumat, 14 Dzulhijjah 1445 atau 21 Juni 2024 pukul 15.00 WIB di Maqbaroh Mbah Sambu, sebelah Masjid Jami Lasem.


Mbah Sambu merupakan peletak dasar peradaban sekaligus tokoh penyebar agama Islam pertama di Lasem bersama Adipati Tejakusuma atau Mbah Srimpet


Pemerhati Sejarah Lasem Abdullah Hamid mengatakan, Mbah Sambu bersama mertuanya Mbah Srimpet berjasa dalam membangun masjid dan tata kota pusaka Lasem model Mataraman. Mbah Sambu membangun peradaban pada masa transisi klasik Hindu-Buddha ke era Mataram Islam.


"Keturunan Mbah Sambu atau Sayyid Abdurraman menjadi tokoh besar di masanya yaitu KH Hasyim Asy'ari, KH Baidlowi, KH Ali Maksum, KH hamid pasuruan, KH Ahmad Shiddiq Jember hingga Gus Baha," ujarnya Abdullah Hamid.


Ia menjelaskan, peringatan Haul Mbah Sambu sudah berlangsung sejak ratusan tahun lalu. Para jamaah dan peziarah berbondong-bondong datang dari Jawa Tengah dan Jawa Timur.


"Tradisi haul selama ratusan tahun, melibatkan jamaah dari Jateng dan Jatim serta lainnya berdatangan. Peringatan haul dipenuhi nilai-nilai murni Islam dan warna Islam Jawa," ujar Abdullah.


Ia meneragkan, acara haul ini melibatkan berbagai elemen masyarakat Lasem. Para warga ikut berkontribusi menyukseskan peringatan Haul Mbah Sambu.


"Yang terlibat jamaah Masjid Jami Lasem. Di belasan masjid dan mushala sekitar juga ikut khataman Al-Qur'an. Warga desa-desa di Kecamatan Lasem mengirim ribuan berkat gratis," katanya.


"Sembilan drum band dari sekolah-sekolah di Kecamatan Lasem dan Sluke ikut memeriahkan karnaval. Diikuti pawai santri pesantren Kauman dan Al-Wahdah serta Pagar Nusa," tambahnya


Ketua Panitia Haul Mbah Sambu Mulyoko mengatakan, animo masyarakat dalam menyambut peringatan Haul Mbah Sambu sangat tinggi.


"Animo masyarakat saat Haul Mbah Sambu, Mbah Srimpet dan masyayikh Lasem itu animonya luar biasa. Dari berbagai lapisan masyarakat sangat mendukung. Bahkan konsumsi-konsumsi panitia tidak menyediakan, tapi sudah disediakan masyarakat sendiri," terangnya.


Mulyoko menjelaskan, banyak pelajaran dan hikmah yang bisa diambil dari Haul Mbah Sambu, dari mulai ajang silaturrahim hingga belajar dari pribadi Mbah Sambu.


"Hikmahnya luar biasa, satu kita bersilaturahim. Kedua kita bersyukur mempunyai tokoh-tokoh ulama, kewajiban kita untuk mengenang jasa ulama," tuturnya.


Mulyoko mengaku punya strategi agar tradisi haul ini terus dan tetap lestari hingga masa mendatang. Caranya, pihak panitia melibatkan kawula muda untuk turut serta aktif dalam peringatan haul.


"Itu harus melibatkan generasi-generasi muda sehingga tahun ini diadakan festival hadrah. Itu menjaring aspirasi supaya anak-anak muda selalu nguri-nguri (menghidupkan) budaya Islam dan Jawa. Islam ya shoawatan, kalau Jawa buka luwur (penggantian kain mori) di makam Mbah Sambu dan Mbah Srimpet," katanya.