Daerah

Ketua NU Jember Sebut 3 Hal agar LAZISNU Raih Kepercayaan Masyarakat

Ahad, 21 Februari 2021 | 01:00 WIB

Ketua NU Jember Sebut 3 Hal agar LAZISNU Raih Kepercayaan Masyarakat

Ketua PCNU Jember, KH Abdullah Syamsul Arifin saat memberikan pengarahan dalam Rakorcab NU Care-LAZISNU Jember di aula Kantor NU Jember, Sabtu (20/2). (Foto: NU Online/Aryudi A Razaq)

Jember, NU Online
Ketua PCNU Jember Jawa Timur, KH Abdullah Syamsul Arifin menegaskan bahwa Lembaga Amil Zakat, Infak, Sedekah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) mempunyai peluang yang cukup besar untuk berkembang. Pasalnya potensi zakat di Jember sungguh luar biasa. Petunjuknya adalah Nahdliyin di kota suwar-suwir ini adalah penghuni mayoritas.


“Namun sayang warga NU masih banyak yang senang menyalurkan zakat dan sedekahnya secara langsung, tidak lewat lembaga (LAZISNU),” ujarnya saat memberikan pengarahan dalam Rapat Koordinasi Cabang (Rakorcab) NU Care-LAZISNU Jember di aula Kantor NU Jember, Sabtu (20/2).


Menurut Gus Aab, sapaan akrabnya, kebiasaan masyarakat yang memberikan langsung kepada mustahik, bukan harga mati tapi bisa diubah. Salah satu yang dibutuhkan masyarakat agar menyalurkan zakatnya lewat LAZISNU adalah kepercayaan.


“Saya kira trust (kepercayaan) ini modal siapapun dan lembaga apapun agar bisa eksis,” tambahnya.


Ia menegaskan, setidaknya ada tiga hal yang harus dilakukan LAZISNU untuk meraih kepercayaan masyarakat. Pertama, bekerja dengan ikhlas. Katanya, ikhlas merupakan kata yang sangat mudah diucapkan tapi sesungguhnya sulit dilakukan. Dalam mengelola zakat terkadang muncul keinginan-keinginan dipuji orang, atau bahkan cenderung nepotisme dalam pendistribusiannya.


“Ikhlas itu melahirkan keabadian. Jadi dalam mengelola zakat, niatkan semata-mata karena Allah, ingin membantu muzakki untuk menyalurkan zakat, dan ingin membantu mustahik untuk memperoleh haknya,” urai Gus Aab.


Gus Aab menambahkan, ikhlas yang benar itu sulit karena terkait dengan isi hati yang kadang berubah-ubah. Katanya, Ikhlas tidak perlu diucapkan karena ikhlas atau tidak merupakan kontak hati yang bersangkutan dengan Allah. Ia lalu mencontohkan, jika ada seseorang saat memberikan sesuatu, dia bilang ‘maaf ini saya ikhlas ya’, hal ini sudah masuk kategori tidak ikhlas.


“Kenapa, karena keikhlasannya ingin diketahui orang lain, dan itu secara halus sudah ingin dipuji. Ibaratnya ikhlas itu bagai debu di atas batu, lalu disiram, habis tanpa bekas,” jelasnya.


Kedua adalah transparansi.  Pengelolaan zakat yang berbasis keterbukaan, sangat penting. Manfaatnya bukan hanya dapat meraih kepercayaan masyarakat tapi juga menghilangkan kesan saling curiga antar pengurus, hingga akhirnya terjalin harmonisasi di kalangan pengurus.


“Kalau di internal pengurus sudah tidak harmonis dan tidak transparan misalnya,  mana bisa masyarakat percaya,” urai Gus Aab.


Ketiga adalah program. LAZISNU, lanjutnya, perlu menyusun  program yang menarik terkait dengan pemanfaatan zakat, terutama yang berhubungan dengan pemberdayaan mustahik.


“Dengan begitu, calon muzakki tahu ada program-program menarik di LAZISNU,” pungkasnya.


Rakorcab NU Care-LAZISNU Jember tersebut diikuti oleh 80 orang, yang terdiri dari Pengurus Cabang LAZISNU dan Pengurus UPZIS MWCNU dan Ranting NU se-Jember.


Pewarta:  Aryudi A Razaq
Editor: Muhammad Faizin